Mengapa Digital Leadership Harus Disiapkan?

TRANSINDONESIA.co | Di era digital dunia virtual memiliki jagad mayantara,mereka memiliki warga net (netizen) yang memberdayakan media untuk mendukung atas hidup dan kehidupannya. Selain hal positif ada dampak yang dapat menghambat, merusak hingga mematikan produktivitas.

Di dalam jagad mayantara pembunuhan karakter hingga yang mengganggu hidup kehidupan berbangsa dan bernegara bisa dilakukan. Berita hoax, pembodohan penyesatanpun secara masif dan brutal bisa dilakukan di  era post truth.

Plintiran dengan memanipulasi sesuatu dengan menambahkan, mengurangi, merubah,dsb sebagai pembenaran yang berdampak:

1.Salah persepsi

2.Mengadu domba

3.Menghakimi

4.Munculnya solidaritas sosial

5.Merusak citra

6.Menghilangkan kepercayaan

7.Konflik sosial

8.Penipuan, pencurian hingga perampokan

9.Kejahatan siber

10.Proxy war

dan banyak lagi lainnya.

Tatkala dibuat aturan atau tatanan, ada yang merasa dikungkung atau dibungkam atau kebebasan sebebas bebasnya tidak terwujud. Hujat menghujat dengan kalimat tidak sepatutnyapun seakan menjadi refleksi hipokrit. Netizen +62 dilabel paling buruk tatakramanya. Entah itu refleksi budaya atau oknum yang tak lagi bisa menghargai orang lain. Sikap budaya bangsa yang adiluhung seakan luntur akibat evoria dunia maya.

Kritik disamakan dengan hujatan. Tabiat buruk seakan menjadi moralitas. Provokasi  pembodohan menjadi sesuatu yang membanggakan. Dalam kehidupan sosial di era digital maka keteraturan sosial di dunia virtual diperlukan aturan untuk menata dan pertanggungjawaban.

Mau tidak mau tatkala segala sesuatu yang berdampak pada konflik dan berbagai hal yang kontra produktif menjadi tanggung jawab kita semua mengatasinya.

Konteks demokrasi menjadi acuan bebas bertanggungjawab, jaminan perlindungan HAM, supremasi hukum, transparan dan akuntabilitas orientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Menjaga kedaulatan bangsa dengan mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi landasan ketahanan dan daya tangkal bahkan daya saing. Kritis atas penyimpangan atau ketidakbenaran merupakan suatu kecerdasan keberanian bahkan juga wujud tanggung jawab moral. Di sinilah digital leadership juga menjadi sesuatu keniscayaan.

Digital leadership/ pemimpin di era digital dalam pembelajarannya di Sespim Lemdiklat Polri didukung program program antara lain:

1.Leadership literation

2.Leader branding

3.Dialog kebangsaan

4.Media management

5.Forum :

a. Babhinkamtibmas,

b. International policing,

c. Boarder policing,

d. Art policing,

e. Cooling system,

f. Maritime policing,

g. Road safety policing,

h. Safety and Security,

i. Emergency and Contigency policing,

j. Smart policing,

k. Smart city,

6.Pengabdian masyarakat dalam konteks social engineering atau rekayasa sosial yang berkaitan dengan kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban

7.Leader Expo sebagai puncak proses pembelajaran yang ditunjukan oleh para pembimbing, mentor dan peserta didik sebagai pertanggungjawaban moral selama mengikuti pendidikan.

Digital Leadership dan implementasinya dalam Media Policing

Media policing merupakan pemolisian dengan pendekatan media untuk : Komunikasi, Koordinasi, Informasi yang mendukung cooling system. Media policing dapat digunakan untuk : menyadarkan, memberdayakan dan mengcounter atas hal hal yang kontra produktif di atas dengan daya nalar/ logika yang waras agar kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban tetap terjaga.

Media policing menjadi jembatan hati yang merupakan dialog peradaban dalam implementasinya antara lain :

1.Membangun portal atau web site atau bekerja sama dengan media main stream atau dengan apa saja yang dapat menjadi rujukan atas kebenaran atau sesuai fakta dalam pemberitaan.

2.Memberdayakan media sosial dengan berbagai informasi yang mencerdaskan dan menyadarkan agar tidak mudah terhasut untuk melakukan tindakan tindakan yang kontra produktif.

Di Sespim Lemdiklat Polri untuk pembelajaran dalam konteks Digital Leadership dikaitkan untuk cooling  dengan dialog melalui:

1.Model pod cast

a. Peserta didik menampilkan keutamaan sebagai polisi

b. Menceritakan pengalaman dan keahliannya dalam sharing pengetahuan

c. Mendiskusikan pelajaran pelajaran di Sespim secara proaktif dan problem solving

d. Mendiskusikan isue isue penting yang terjadi dalam masyarakat

2.Model coaching

a. Dialog dengan para petugas di lapangan secara daring sd lini terdepan di wilayah masing masing peserta didik sebelum masuk Sespim.

b. Menyampaikan hal hal yang informatif edukatif serta inputing data dan ada dialog untuk solusinya

3.Model forum diskusi dan informasi

a. Forum Bhabinkamtibmas

b. Forum Masyarakat Sadar Seni Budaya dan Pariwisata

c. Forum Ikatan Sakura Indonesia

d. Forum Hukum dan Keadilan

e. Forum Ilmu Kepolisian

f. Forum Safety and Security

Dsb

4.Model membranding

a. Kampung tertib, kampung tangguh dsb

b. Local heroes

c. Lomba dan pemberian penghargaan

d. Kampung Iklim

e. Desa Wisata

Dsb

5.Model expo atau pameran , FGD dan seminar

a. Leaders Expo

b. FGD, Seminar tentang kebhinekaan, toleransi, narkoba, korupsi dsb

c. Pameran dan festival seni budaya

6.Model Kemitraan

a. PKB Juang

b. Kampus Kebangsaan

c. Kemitraan dengan para stake holders untuk membangun soft power dan smart power

d. Bakti masyarakat, dsb.

7.Model debat publik

Mengemas model dialog peradaban untuk menunjukan kebaruan dan pembaharuan hasil pemikiran para peserta didik

 

Pembelajaran Digital Leadership di Sespim Lemdiklat Polri merupakan bagian dari dialog peradaban untuk menyiapkan pemimpin di masa depan yang profesional cerdas bermoral dan modern.

Digital Leadership sejalan dengan Leader Branding dinamis dan terus ditumbuhkembangkan dengan membuat produk tertulis maupun virtual yang berkaitan dengan :

1.Company profile Sespim:

Apa bagaimana mengapa sespim

2.Siapa dan apa karyanya:

Menampilkan para serdik yang berprestasi

3.Literasi kepemimpinan:

Materi pelajaran

Kontens yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pengetahuan

Quotes

Referensi

E jurnal

E book

E library

4.Leadership dialog:

Podcast tentang kepemimpinan

5.Emergency policing dan

Contigency policing:

Pola pola pemolisian dalam berbagai situasi dan kondisi serta pengambilan keputusannya

6.Masdarwis dan cooling system:

Seni budaya dan pariwisata bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban

7.Kreatifitas dan inovasi:

Hal hal baru dan kebaruan

8.Studi kasus :

Belajar dari berbagai kejadian atau isu isu penting yang terjadi dalam masyarakat

9.Bench marking:

Studi banding dalam dan luar negeri

10.Leadership coaching:

Dialog Sespim bagi Indonesia

a. Sispam kota

b. Perbatasan

c. Konflik sosial

d. Bhabin kamtibmas

e. Model model pemolisian

f. Pemimpin dan kepemimpinannya

g. Pengamanan pemilu serentak

h. Penanganan bencana

i.  Modernisasi Polri

j. Social engineering, dsb.

Produk produk tersebut menjadi salah satu penjabaran digital leadership  dalam proses belajar mengajar di Sespim Lemdiklat Polri. (Chrysnanda Dwilaksana)

 

KM88 140624

Share