TNI AL Curigai ada Dalang di Balik Penyelundupan Benur ke Luar Negeri
TRANSINDONESIA.co | Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Palembang yang dalam dua pekan terakhir ini menggagalkan dua penyelundupan benur/benih bening lobster (BBL) tujuan luar negeri mencurigai ada dalang yang membiayai aksi penyelundupan tersebut.
Komandan Lanal (Danlanal) Palembang Kolonel Laut (P) Sandy Kurniawan menjelaskan nilai benur yang diselundupkan itu dapat mencapai belasan sampai puluhan miliar rupiah untuk satu kali penyelundupan ke luar negeri sehingga dia menilai kemungkinan para penyelundup yang ditangkap oleh aparat hanya kaki tangan dari aktor intelektual tersebut.
“Jadi memang para terduga yang kami tangkap ini ibaratnya seperti jaringan terputus, mereka ini hanya warga lokal yang ditugaskan untuk menyeberangkan barang bukti (benur, red.) yang ada di depan kita ini. Tetapi, kalau kita melihat potensi kerugian negaranya yang cukup besar, patut diduga ada yang mendanai sehingga mungkin ini ada aktor intelektual di belakangnya,” kata Danlanal Palembang saat jumpa pers kasus penyelundupan benur di Markas Komando Pangkalan Utama TNI AL (Mako Lantamal) III Jakarta, Kamis (16/5/2024).
Dia melanjutkan sejauh ini tim fleet one quick response (F1QR) Lanal Palembang masih memeriksa dan mendalami keterangan para penyelundup. Keterangan itu yang nantinya menjadi bekal bagi tim gabungan itu untuk mengembangkan kasus sekaligus menghalau upaya penyelundupan benur ke luar negeri ke depannya.
Pasalnya, Sandy meyakini para penyelundup hanya akan beraksi sesuai musim, yaitu saat benur itu dipanen di tempat mereka dibudidaya.
“Kami yakin ini ada musimnya, misalnya di daerah penangkapannya ini sudah ditangkap untuk diselundupkan, mereka akan segera melaksanakan pengiriman. Artinya, waktunya, durasinya pendek. Itu yang coba kami kembangkan di lapangan. Apabila masih ada gelagat untuk penyelundupan melalui wilayah Sumatera Selatan dan Jambi, tentu kami akan berupaya untuk menggagalkannya,” kata Danlanal Palembang, yang membawahi wilayah Sumatera Selatan dan Jambi.
Dua wilayah itu, Sandy meyakini kerap dijadikan pusat transit (hub) benur yang akan diselundupkan ke Singapura untuk kemudian diekspor ke Vietnam. Dua wilayah itu menjadi pusat transit yang ideal, karena lokasinya dekat dengan Singapura. “Hanya dalam waktu 2 jam sudah bisa lewat Singapura sehingga memang ideal sekali untuk digunakan mereka sebagai hub terakhir sebelum dibawa ke luar negeri,” kata dia.
Tim gabungan F1QR Lanal Palembang menggagalkan dua aksi penyelundupan benur tujuan Singapura di Banyuasin, Sumatera Selatan pada 2 Mei 2024, dan di Tanjung Jabung Timur, Jambi pada 10 Mei 2024. Dari dua kasus itu, nilai benur yang diselundupkan masing-masing sebesar Rp15 miliar dan Rp46,8 miliar. Dalam penangkapan pada 10 Mei, ada 277.800 ekor benih bening lobster yang diselamatkan, sementara pada 2 Mei ada 99.648 ekor.
Namun, untuk menghitung potensi kerugian negara, Kementerian Kelautan dan Perikanan menghitung nilai komoditas dan nilai aset dari per ekor benur. Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto selepas jumpa pers di lokasi yang sama menjelaskan di luar negeri, misalnya Vietnam, harga benih bening lobster per ekor mencapai 1–2 dolar AS atau sekitar Rp15.000–Rp30.000, sementara harga perkiraan ikan (HPI) untuk per ekor benur sebesar Rp150.000. Jika menghitung potensi kerugian negara dari dua kasus itu merujuk pada nilai HPI-nya, maka nilainya hampir mencapai Rp50 miliar. [ant]