Time To Change Sebuah Catatan Perjalanan
TRANSINDONESIA.co | Suara Klaus Meine, gitaris sekaligus vokalis grup Scorpion lamat-lamat hadir. Ketika hadir di JIS, Sabtu (10/2/2024), saat kampanye akbar putaran akhir Paslon 01-AMIN. Lelah masih tersisa kini. Namun rangkaian lirik di lagu Win of Change tadi seakan jadi penyemangat pada satu hal: Perubahan.
Berangkat pada 06.03 WIB dari stasion Depok Baru dengan kondisi lengang, sempat terfikir juga, apakah jadi momen yang banyak dibicarakan banyak orang. Awalnya saya (Transindonesia.co) membayangkan suasana saat 411 dan 212 terjadi lagi.”Oh udah tadi pak, sebelum subuh ramainya”, ujar seorang satpam yang menjaga pelintasan di Stasiun Depok Baru itu.
Oh aman lah, berarti tinggal beralih jalur di Stasiun Kota menuju Stasiun Ancol dan jalan sedikit, meski berjarak 3,5 KM. Sesampainya di Kota, jalur neraka pun dimulai. Penumpang penuh, bahkan sangat membeludak. Bahkan ada beberapa pemberangkatan tidak berhenti di Stasiun Ancol dan langsung ke Stasiun Tj Priok. Proses keluar dari stasiun ternyata penuh drama. Butuh waktu 1 jam untuk bisa keluar, hadangan pun dimulai, jalan RE Martadinata sudah dipenuhi kendaraan hingga tidak leluasa tuk berjalan hingga kita kembali melintasi jalur rel yang cukup berbahaya. Apalagi menurut jadwal, ada 42 pergerakan perhari dengan kapasitas maksimal per gerbong sebanyak 250 orang maka sekali perjalanan dengan 12 rangkaian akan mengangkut 3000 penumpang. Dapat dibayangkan jika 2000 penumpang saja melintas jalur rel terbayangkan dramanya. Apalagi, mendekati dengan jembatan KA perbatasan antara kawasan Kebon Pisang dan Sunter Agung dimana melintas di bawahnya sungai, ada jebakan yang menanti. Jika tidak hati-hati melangkah, bisa kecebur ke dalamnya.
Namun, semangat untuk berubah sangat terasa di wajah mereka, para pejuang perubahan. Tidak ada keluh kesah atau marah yang tertahan semua dinikmati dan tujuan mereka pun sama, untuk hadir dan jadi saksi pada Kampanye Akbar Paslon no 1-AMIN. Padahal dihari-hari biasa, jika sendirian melangkah, kawasan tersebut tidak ramah karena rawan. Namun karena mereka hadir di sana ribuan, penduduk setempat pun maklum dan mempersilakan para peserta kampanye itu untuk melintas dengan nyamannya. Arus manusia dari arah Ancol itu bertemu dengan arus manusia dari arah sunter. Panas terik tidak terhindarkan, namun ribuan bahkan ada yang menyebutkan yang berkumpul saat itu ada 1,5 Juta yang hadir. Perlu perjuangan untuk bisa masuk ke dalam, apalagi yang tidak pegang tiket. Bukan hanya mereka, Anies Baswedan dan Wapres Yusuf Kala pun berjalan sejauh 3,5 km menuju venue. Namun, ketika jelang pukul 10.00 saat Anies Baswedan tengah berorasi, sebuah slot bangku di tribun utara stadion berhasil didapat dan sembari duduk menikmati sejuknya hembusan angin serasa terbayar sudah penat yang timbul saat berupaya menjangkau kawasan JIS. Apalagi orasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar seakan jadi penyemangat untuk menyongsong Perubahan Bagi Indonesia.
“Hari ini, mungkin media tidak menuliskan tentang mereka (para relawan) dengan banyak. Hari ini pemerintah(mungkin) tidak memberikan tempat tentang cerita mereka. Tapi yakinlah, sejarawan mencatat keberanian partai-partai ini. Dan Allah akan mencatat ini sebagai jihad perjuangan untuk demokrasi Indonesia”, ujar Anies.
Lanjut Anies, “Hari-hari ke depan penuh perjuangan. Perjuangan ini harus dikawal hingga tuntas. Semoga 14 Februari bisa dirayakan sebagai Hari Perubahan Indonesia. Pesan yang sering saya dengar tolong Pak, jangan khianati kami. Insya allah kami akan istiqomah menjaga amanah ini. Semoga Allah meridhoi langkah kita”.
Kemarin, lebih dari satu juta orang bersaksi akan datangnya Perubahan yang lebih baik untuk Indonesia.
The world is closing in
Dunia makin merapat
Did you ever think
Pernahkah kau berpikir
That we could be so close, like brothers
Bahwa kita bisa sedekat ini, seperti saudara
The future’s in the air
Masa depan mengudara
I can feel it everywhere
Aku bisa merasakan di mana-mana
Blowing with the wind of change
Hembusan angin perubahan
Langkah gontai pun mengiringi kepulangan dari JIS. Beriringan jalan dengan seorang ibu yang bergumam dan terdengar penuh harapan, “Waduh…kalau udah ketemu itu bapak rasanya persoalan berat apapun jadi berasa ringan. Apalagi pas udah ngeliat wajahnya, serasa adem, beban jadi ilang”.
Iseng saya pun menyeletuk, “Siapa bu?”.
Si ibu pun lantas menjawab, “Siapa lagi kalau bukan Anies Baswedan”.
Perjalanan pulang pun berjumpa dengan kondisi kurang lebih sama seperti saat berangkat tadi, butuh waktu 3 jam hingga bisa mencapai stasiun jakarta kota.
Namun, semangat perubahan seakan jadi pemompa semangat bagi yang hadir di siang itu. Semoga sejarah akan mencatatnya sebagai sebuah catatan manis yang bertinta emas. (Mirza Ichwanuddin)