WHO Tolak Proposal Israel Pindahkan Warga Gaza ke ‘Zona Aman’
TRANSINDONESIA.co | Proposal Israel untuk memindahkan warga Jalur Gaza ke kawasan ‘zona aman’ Al-Mawasi akan mendatangkan bencana. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menolak usulan tersebut yang disampaikan pejabat tertingginya, Jumat (17/11/2023).
“Proposal ‘zona aman’ di Al-Mawasi merupakan resep bencana. Mencoba mendorong begitu banyak orang ke area yang begitu kecil dengan infrastruktur atau layanan yang sangat sedikit akan secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan bagi orang-orang yang sudah berada di ambang batas,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan tertulis.
Sebelumnya, militer Israel menjatuhkan selebaran pada Rabu (15/11/2023) sore kepada warga Palestina di timur kota selatan Khan Younis. Mereka diberitahu untuk mengungsi ke ‘zona aman’ di Al-Mawasi.
Al-Mawasi adalah kota yang luasnya hanya 14 km persegi, seperti dikutip dari The Guardian. Sebanyak 18 kepala badan PBB dan badan amal internasional pada Kamis (16/11/2023) menolak pembentukan zona aman itu.
Mereka mengatakan memusatkan warga sipil di satu wilayah sementara permusuhan terus berlanjut adalah hal yang terlalu berbahaya. Badan-badan bantuan tersebut menyerukan gencatan senjata dan masuknya bantuan kemanusiaan serta bahan bakar tanpa hambatan bagi penduduk Gaza.
Menurut Tedros, WHO tidak akan berpartisipasi dalam pembentukan apa pun yang disebut ‘zona aman’ di Gaza tanpa persetujuan luas. Pengecualian dapat dilakukan jika kondisi-kondisi mendasar sudah terpenuhi untuk memastikan keamanan dan kebutuhan penting lainnya terpenuhi.
“Yang jelas adalah bahwa kebutuhan kesehatan masyarakat Gaza terus meningkat, sementara sistem kesehatan hampir runtuh. Hanya 10 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi, dengan hanya 1.400 tempat tidur rumah sakit,” kata Tedros.
Menurutnya, banyak tenaga kesehatan telah terpengaruh. Mereka terpaksa melarikan diri bersama keluarga mereka.
“Ini artinya semakin banyak korban, dan semakin sedikit tempat tidur, tenaga kesehatan, obat-obatan, dan perlengkapan medis. Mendukung tenaga kesehatan Gaza adalah inti dari rencana respons operasional WHO,” katanya.
Ia mendesak untuk segera menyediakan kembali pasokan rumah sakit. Ia juga mendorong perekrutan kembali tenaga kesehatan dan memastikan layanan kesehatan dilindungi.
“Tapi jujur, jumlah bantuan yang telah diizinkan masuk ke Gaza sejauh ini sangatlah sedikit. Ini menyedihkan,” katanya di hadapan Majelis Umum PBB.
Ia kemudian mendesak pendistribusian bahan bakar ke Gaza yang sangat sedikit dan tidak mencukup. Ini karena sejumlah perangkat layanan kesehatan membutuhkan listrik yang berasal dari sumber listrik yang membutuhkan bahan bakar. [rri/sur]