Tersangka Pembantaian Lewiston Tewas, Diduga Terkena Tembakan Sendiri
TRANSINDONESIA.co | Pria yang diduga membunuh 18 orang dan melukai 13 lainnya dalam penembakan massal di Lewiston, Maine, ditemukan tewas akibat luka tembak yang dilakukannya sendiri pada Jumat (27/10). Tewasnya pelaku penembakan tersebut mengakhiri perburuan selama 48 jam yang menyusul insiden kekerasan senjata paling mematikan dalam sejarah negara bagian tersebut.
Jasad Robert R. Card, 40 tahun, ditemukan di hutan dekat kota tetangga Lisbon Falls, dekat tempat polisi menemukan kendaraannya yang ditinggalkan tak lama setelah penembakan pada Rabu (25/10) malam.
“Dia sudah mati,” kata Gubernur Maine Janet Mills pada konferensi pers, sambil berterima kasih kepada ratusan petugas dari berbagai lembaga yang terlibat dalam pencarian tersebut.
“Seperti banyak orang, saya bernapas lega malam ini, mengetahui bahwa Robert Card tidak lagi menjadi ancaman bagi siapa pun… Sekaranglah waktunya untuk pulih,” kata Mills.
Card meninggal karena luka tembak yang dilakukannya sendiri, kata Mike Sauschuck, komisaris Departemen Keamanan Publik Maine.
Para pejabat mengatakan tentara pasukan cadangan Angkatan Darat AS itu melepaskan tembakan ke arah korbannya pada Rabu malam, pertama di arena bowling Just-In-Time Recreation, dan beberapa menit kemudian di Schemengees Bar & Grille Restaurant, yang sedang menggelar permainan lempar beanbag cornhole.
Para pejabat belum mengungkapkan dugaan motif apa pun.
memiliki setidaknya satu kapal buatan Sea-Doo, sebuah perusahaan yang dikenal dengan kendaraan air pribadi bergaya jet ski.
Lisbon Falls, tempat mayat itu ditemukan, adalah kota berikutnya, masih di sepanjang sungai.
Sebagai bagian dari pencarian mereka untuk Card, polisi menjelajahi perairan Sungai Androscoggin dengan penyelam dan sonar pada Jumat, dan mengirim tim petugas dari pintu ke pintu di lingkungan sekitar untuk mencari petunjuk tambahan dan kemungkinan saksi mata.
Otoritas juga secara resmi merilis nama-nama dan usia korban untuk pertama kalinya, mengungkapkan bahwa berbagai kalangan masyarakat Lewiston telah tewas, termasuk orang-orang tuli yang sedang bermain dalam turnamen lempar kantong kacang, pasangan ayah dan anak pemain bowling, serta sepasang pasangan berusia 76 dan 73 tahun.
Empat dari mereka yang terbunuh berasal dari komunitas tunarungu, kata Sauschuck, sambil meminta kamera televisi untuk menyertakan penerjemah bahasa isyarat Amerika pada konferensi pers dalam bingkai mereka. Sembilan orang tunarungu sedang bermain dalam turnamen mingguan di Schemengees, kata saudara perempuan salah satu korban kepada Lewiston Sun Journal. [voa]