Erdogan Tegaskan Israel Lakukan Genosida di Jalur Gaza
TRANSINDONESIA.co | Militer Zionis Israel telah melakukan serangan ke wilayah medis, yaitu Rumah Sakit Baptis Al-Ahli Arabi di Jalur Gaza, Palestina, pada Selasa (17/10/2023) malam. Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki menyatakan, serangan tersebut telah membawa “pembantaian di Jalur Gaza” ke tingkat lebih tinggi, atau genosida.
“Kemarin, pembantaian di Gaza dibawa ke dimensi lain dengan serangan keji terhadap Rumah Sakit Al-Ahli Arabi. Saya mengutuk para pelaku serangan ini, karena merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan merupakan genosida terhadap Rakyat Gaza,” kata Erdogan dilansir laman Anadolu Agency, Kamis (19/10/2023).
“Mereka menyulut api dengan pernyataan yang mereka buat sejak 7 Oktober sama bertanggungjawabnya dengan para pelaku pembantaian kemarin. (Itu, red) membuat hati kami patah.”
Serangan udara Zionis Israel itu, telah membunuh 471 orang dan 342 lainnya terluka di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli, Jalur Gaza. Data tersebut, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza, pada Rabu (18/10/2023).
“Turki akan terus berupaya mewujudkan gencatan senjata kemanusiaan dan kemudian stabilitas permanen,” kata Erdogan. Bahkan, Erdogan juga mengatakan, “Dewan Keamanan PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) sudah tidak efektiv lagi.”
Erdogan memuji Pertemuan Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berlangsung di Jeddah, Arab Saudi, pada Rabu malam. “Sebagai demonstrasi nyata tekad dunia Islam dalam menghadapi penindasan Israel yang semakin meningkat, solidaritasnya terhadap Rakyat Palestina, dan dukungannya terhadap Palestina,” ujar Erdogan.
Turki, kata dia, telah melakukan komunikasi via telepon dengan 18 pemimpin negara. “Kami telah melakukan upaya intensif sejak hari pertama untuk menyelesaikan krisis ini, yang dimulai pada 7 Oktober dan memiliki risiko menyebar ke seluruh wilayah kami,” ucap Erdogan.
Bantuan Kemanusiaan
Erdogan juga mengatakan, telah bekerja sama dengan pihak berwenang Mesir dalam upaya bantuan kemanusiaan untuk masyarakat di Jalur Gaza. “Kami mengirimkan tiga pesawat penuh bahan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut,” kata Erdogan.
“Kami terus mengulurkan bantuan kami kepada masyarakat tertindas di Gaza. (Mereka, red) telah hidup di bawah blokade selama 17 tahun.”
Tapi, kata dia, upaya Turki untuk menjamin perdamaian terganggu oleh sejumlah pergerakan. “Seperti pengiriman kapal induk ke wilayah tersebut, penghentian bantuan kepada Rakyat Palestina, dan hukuman besar-besaran terhadap Rakyat Gaza,” ujar Erdogan.
“Dewan Keamanan PBB, yang sudah tidak efektiv lagi, (karena, red) telah melakukan hal yang sama. Sekali lagi, (DK PBB, red) gagal memenuhi tanggung jawabnya.”
Erdogan juga mengecam negara-negara Barat lantaran mereka tidak mengambil tindakan apa pun, selain menambah bahan bakar ke dalam api. “Media internasional telah berlomba untuk menutupi pembantaian manusia dengan publikasi mereka yang bias dan munafik,” ucap Erdogan.
“Membom orang tak berdosa yang bermigrasi ke daerah yang disebut ‘zona aman’. (Seperti, red) gerbang perbatasan, masjid, sekolah, dan pemukiman sipil adalah beberapa kejahatan perang yang kita saksikan dalam 12 hari terakhir,” kata Erdogan.
Masyarakat Jalur Gaza sudah mengalami krisis kemanusiaan yang parah. Sebab, mereka sudah mengalami tidak adanya listrik, tidak ada air, tanpa pasokan makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis.
Militer Zionis Israel melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Kelompok Bersenjata Palestina Hamas di Jalur Gaza, dengan sebelumnya menyatakan “perang besar”. Perang itu pecah pascaserangan mematikan dadakan Hamas ke wilayah jajahan Zionis Israel dari Jalur Gaza, Sabtu (7/10/2023) pagi.
Setidaknya 3.478 warga Palestina sejauh ini telah terbunuh. Sementara angkanya mencapai lebih dari 1.400 orang di wilayah Zionis Israel.
Ankara mendukung solusi dua negara terhadap konflik Zionis Israel-Palestina. Termasuk, pembentukan Negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. [rri]