Kabut Asap Menebal Selimuti Kota Palembang

TRANSINDONESIA.co | Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kota Palembang semakin menebal bahkan mengancam masyarakat. Pantauan RRI Sabtu (30/9/2023) dini hari menunjukkan ketebalan kabut asap juga mengancam lalu lalang pengendara saat malam hari.

“Malam ini sangat tebal dibandingkan sebelumnya, tenggorokan saya sangat sakit. Harusnya saya sudah pulang tetapi dagangan saya masih banyak,” kata Romli salah seorang pedagang roti di kawasan Demang Lebar Daun, Palembang, Sabtu dini hari.

Romli juga mengatakan aktivitas masyarakat di malam hari mulai berkurang saat ini. Ini terbukti dari menurunnya penjualan roti miliknya.

Berdasarkan data BMKG, kualitas udara sangat buruk dengan konsentrasi PM2,5 terjadi pada malam hari hingga pukul 09.00 WIB. Hal itu diungkapkan Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Sumatra Selatan Wandayantolis.

“Sisa-sisa lahan yang masih terbakar mengeluarkan asap pada malam hari dan asap ini terbawa angin sampai ke Palembang pada dini hari. Sebaiknya (aktivitas-red) dilakukan setelah jam 9, karena konsentrasi (kabut asap-red) berada pada tingkat sedang pada waktu tersebut,” kata Wandayantolis, Sabtu.

Bberdasarkan prediksi BMKG, kondisi El Nino diharapkan melemah pada awal 2024, seiring dengan memasuki musim hujan. Sumatra Selatan sendiri berada di puncak musim kemarau sejak Agustus 2023 dan dampaknya terasa hingga September.

Dengan belum turunnya hingga akhir September, ini artinya potensi kabut asap masih akan tetap ada. Sementara, angka PM 2,5 hari ini merupakan tingkat tertinggi di Kota Palembang.

Beberapa waktu lalu, upaya membuat hujan dari TMC (Teknik Modifikasi Cuaca) sempat dilakukan namun gagal. Ini karena bibit potensi hujan tidak terlihat.

Kondisi ini juga menyebabkan banyak lahan terus mengering dan jumlah lokasi terbakar meningkat. [rri]

Share
Leave a comment