Festival Kebudayaan Yogyakarta, Sri Sultan Ingatkan Akar Budaya Ketahanan Pangan Yogyakarta

TRANSINDONESIA.co | Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) mengusung tema besar festival “Ketahanan Pangan” dengan judul utama “Kembul Mumbul”, diharapkan mampu membawa format baru dalam rangka membongkar sekat pemahaman yang masih banyak disalahpahami terkait definisi kebudayaan.

Penyelenggaraan FKY kali ini juga menandai langkah baru dalam komitmennya “mencatat kebudayaan”, yaitu dengan mulai menggagas skema rotasi lokasi festival untuk tahun 2023-2027. Untuk tahun ini, seluruh rangkaian program FKY akan digelar pada 24 September hingga 15 Oktober 2023 secara terpusat di Kulon Progo selaku tuan rumah.

Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyatakan transformasi budaya adalah langkah terbaik dalam menjemput perubahan dan memperkaya makna, karena hakikat sifat budaya adalah penuh dinamika, dan bergerak progresif untuk maju. Progesifitas inilah, yang sudah selayaknya menjadi spirit dalam setiap perhelatan Festival Budaya Yogyakarta. Merujuk tema ketahanan pangan, Sri Sultan menjelaskan Tradisi luhur yang melekat dalam masyarakat Yogyakarta, “nandur opo sing dipangan lan mangan opo sing ditandur,” telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dimulai dari tingkat rumah tangga, semangat budaya mengajarkan kita arti sejati dari kehidupan dan kelimpahan.

“Dalam konteks Kembul Mumbul ini, ketahanan pangan tidak sekadar tentang ketersediaan, keterjangkauan, kegunaan, dan kestabilan pangan. Ia adalah ungkapan cinta kita pada budaya dan kesadaran,  bahwa ketahanan pangan, adalah akar dari identitas kita sebagai masyarakat Yogyakarta. Tersirat pula harapan, bahwa apa yang disajikan dalam FKY episode ini, bukan hanya tentang kenikmatan rasa, tetapi juga pemahaman yang lebih mendalam tentang makanan tradisional yang sehat dan menyehatkan, selaras dengan semangat “healthy gastronomy”, “Saras Lumantar Boja”,” ungkap Sri Sultan membuka acara Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) di Waduk Sermo, Kulon Progo, Ahad (25/9/2023).

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DI Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi, mengajak hadirin untuk sejenak melakukan kilas balik ke belakang setelah 30 tahun lamanya mengukir sejarah dengan nama Festival Kesenian Yogyakarta. Baru kemudian tahun 2019 berganti nama menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta.

Hingga saat ini telah cukup banyak melahirkan seniman unggulan dan juga festival-festival baru yang tergagas dari festival kebudayaan Yogyakarta terdahulu. Perubahan nama ini terjadi dengan kesadaran bahwa kebudayaan merupakan aspek paling mendasar, pondasi dari tolok ukur capaian peradaban suatu masyarakat.

“Maka dengan berubahnya huruf K kami berharap festival Ini bukan sekedar ajang untuk berpesta pora namun juga suatu pergerakan budaya dan ajang apresiasi atas hasil kerja budaya yang terus berkembang dari zaman ke zaman. sebagai wujud bakti kita sebagai manusia. Harapan inilah yang terus kami tumbuhkan sebagai komitmen kerja untuk terus mengevaluasi, meninjau kembali, menciptakan ruang kolaborasi dalam wadah FKY. Inovasi dengan pembentukan tim steering comitte  yang bertindak sebagai garda depan dalam pengkajian penyusunan wacana dan menciptakan sistem kerja FKY yang semakin sustainable,” ungkap Dian.

Ketua panitia FKY 2023, Basundara Murba Anggana, menyebutkan di tahun 2023 ini, Dinas Kebudayaan DIY membuat sebuah kebaharuan dengan membentuk jajaran Steering Committe. Tim tersebut telah menyusun ide-ide dasar FKY tahun ini sekaligus telah menyusun roadmap tematik lima tahun hingga 2027. Dengan urutan tema: Ketahanan Pangan, Benda, Adat Istiadat, Bahasa dan Nilai-Nilai Budaya.

Roadmap tematik festival tersebut diturunkan menjadi sebuah strategi pelaksanaan dengan skema rotasi pelaksanaan festival pada rentang tahun 2023-2027. Skema tersebut hadir dengan kesadaran memertanyakan ulang siapakah masyarakat yang menikmati FKY sejauh mana masyarakat perbatasan turut berpartisipasi. FKY menjadi ruang perjumpaan seluruh warga DIY,” ujarnya.[nag]

Share
Leave a comment