Happy May Day: Solusi Tanpa Anarki

TRANSINDONESIA.co | Paradigma dapat dipahami bagaimana cara melihat dan memperlakukan sesuatu dengan adanya pendekatan. Pendekatan demokrasi dapat dikatakan berbasis pada supremasi hukum yang bermakna anti anarkis dan premanisme. Orientasinta pada kemanusiaan, keteraturan sosial dan produktifitas bagi semakin manusiawinya manusia. Kepentingan kelompok maupun golongan didudukan pada orientasi produktifitas dan solusi dengan cara beradab yang transparan, akuntabel dalam paya-upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Pada konteks may day atau hari buruh, sejatinya sebagai ikon demokrasi pesta atas perjuangan kemanusiaan untuk mencari solusi tanpa anarki bagi meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Image may day sebagai wujud perjuangan kemanusiaan dslam suatu peradaban yang cerdas, solutif, humanis dan tidak menimbulkan anarkisme.

Para pimpinan organisasi kemasyarakatan, politikus dan seluruh stake holder yang berkaitan dengan buruh pada hari itu mampu melakukan dialog peradaban . Gaya preman yang anarkis menimbulkan masalah baru yang kontra produktif bukan menjadi pilihan.

Kesadaran akan pengembangan dan peningkatan kualitas buruh sudah semestinya menjadi tujuan dari perjuangan kemanusiaan. Cara berjuang tetap harus rasional dan pada koridor-koridor nilai, norma,etika, moral dan hukum serta hak-hak hidup manusia lainya.

Model perayaan hari buruh menjadi model pesta rakyat yang humanis yang merefleksikan tingkat kualitas kecerdasan dari wadah-wadah organisasi buruh. Tatkala may day mampu menjadi model pesta buruh yang fun dengan ajang solusi tanpa anarki, maka
sebenarnya kualitas perjuangan dan kemanusiaanya akan mampu menginspirasi dan memberdayakan sumber daya dala suatu peradaban bangsa yang demokratis.

Hari buruh yang dirayakan setiap 1 Mei menjadi hari bahagia bagi kaum buruh. Buruh sebagai kelompok pekerja yang memiliki hak dan kewajiban yang berkaitan dengan produktifitas. Massa dari kaum buruh menjadi soft power bagi pembangunan dan berbagai upaya peningkatan kualitas hidup.
Masalah antara kaum proletar dengan para kapitalis harmoni mencari solusi atas konflik dan potensi konflik seperti : upah, dan hak-hak kesejahteraan buruh dapat diselesaikan dalam suatu dialog peradaban. Pemilihan cara anarkis maupun gaya gaya preman menunjukan kelemahan daya nalar dalam mencari solusi.

Berkumpulnya buruh dari segala penjuru menuju kantor legislative maupun eksekutif menjadi trade mark may day, tatkala demgan cara yang elegan akan menghindarkan hal hal yang kontraproduktif.

Para buruh bukan kuda tunggangan, habis manis sepah dibuang. Luka batin kaum buruh seringkali dijadikan isu dalam aksi-aksinya dijalanan menjadi ajang kebencian. Cara cara anarkis seperti : memblokir jalan, konvoi tanpa standar safety, membawa mobil dengan perlengkapan sound system dan pengeras suara yang mengganggu ketertiban umum, dsb akan mudah tersulut emosinnya untuk melakukan tindakan anarki.

Para buruh memerlukan pemimpin yang bijaksana, yang mampu menjembatani, menyatukan perbedaan pandangan dan mampu menemukan kesepakatan yang dapat diterima semua pihak. Para pemimpin buruh menjadi tokoh sentral dalam gerakan atau aksi-aksi kaum buruh, yang kepadanyalah harapan hidup lebih baik disandarkan padanya.

Tatkala may day menjadi hari yang berbahagia bagi kaum buruh maupun warga lainnya, dapat dirayakan dengan cara-cara elegan, bijaksana dan tanpa anarkisme, fun bahkan menjadi happy. Memberi kesempatan bagi kaum buruh bersuka cita dalam koridor kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban. Acara erbagai kegiatan may day yang bisa membuat happy dapat dimulai dari lokasi-lokasi aksi yang menjadi lokasi car free day, diisi dengan berbagai acara hiburan, door prize, kegiatan kesenian, kegiatan kemanusiaan maupun yang lainnya. Bahkan para buruhpun dapat membawa pesan-pesan bagi kemanusiaan dan keteraturan sosial.

Hari buruh, sejatinya merupakan simbol  perjuangan bagi kaum proletar untuk memperoleh hak dan perlakuan yang layak tidak dikotori dengan berbagai kepentingan. Perlakuan yang manusiawi dari para kaum buruh menjadi hard power dan soft power dalam civil society yang  terwadahi dalam komunitas-komintas/serikat/ forum-forum dsb.

May day saatnya menjadi ajang kemanusiaan dan memanusiakan kaum buruh untuk bisa menikmati harinya.

May Day menjadi hari yang membahagiakan, inspiratif dan ajang tontonan peradaban bagi siapa saja. Tidak perlu ada kekhawatiran ditunggangi, tidak lagi saling mencurigai  tatkala cara cara beradab menjadi pilihannya. Anarkisme akan menjadi masalah baru bahkan bisa menjadi kejahatan. Tentu saja semuanya akan berjalan aman, lancar, tertib dan di sinilah kaum buruh mampu menunjukan karyanya, fun, keunggulanya dalam seni dan budaya,
teknologi dan sebagainya.

Tatkala para ketua dan para pengurusnya cerdas maka ia akan benar menunjukan kepiawaianya dalam berbagai hal dan andalanya bukan dengan gaya gerombolan massa. Demokrasi bukanlah teriakan teriak ala orang kesetanan. May day  menjadi hari yang memanusiakan para kaum buruh bukan lagi ajang untuk grudag grudug yang kontraproduktif, menakutkan sekaligus menyebalkan.**

Chrysnanda Dwilaksana

Kemang 280423

Share
Leave a comment