Di tengah Menurunnya Politik Sopan Santun, Biden Tak Segan Gunakan ‘Serangan’ Lisan
TRANSINDONESIA.co | Dengan membawa pesan persatuannya ke Wisconsin pada Rabu (8/2), negara bagian yang menjadi kunci dalam upayanya terpilih kembali pada 2024, Presiden Joe Biden melipatkangandakan kritiknya terhadap anggota Partai Republik. Biden bahkan tak segan untuk menyebut nama anggota yang meneriakkan dirinya “pembohong” saat ia menyampaikan pidato kenegaraannya pada Selasa (7/2) malam.
“Banyak dari Anda telah melihat, kami berdebat sengit tadi malam dengan teman-teman saya dari Partai Republik,” katanya, merujuk pada ejekan dan cemoohan yang ditujukan kepadanya, ketika ia menegaskan bahwa Partai Republik bertujuan menghentikan Jaminan Sosial dan Perawatan Kesehatan, program sosial yang dihargai oleh para pendukung kedua partai besar itu.
“Marjorie Taylor-Greene dan lainnya berdiri sambil berkata, ‘Pembohong, pembohong,'” kata Biden, merujuk pada anggota kongres dari Georgia yang berulang kali mencemoohnya. Dia kemudian menyebutkan nama-nama anggota parlemen Republik, dan situasi di mana para anggota tersebut menyarankan pemotongan pengeluaran pemerintah untuk program-program yang sangat diandalkan oleh puluhan juta warga AS.
“Kedengarannya cukup jelas bagi saya. Bagaimana dengan Anda?” Biden menyindir sebelum mengulangi apa yang dia simpulkan dalam sambutannya bahwa Partai Republik sekarang setuju untuk melindungi Jaminan Sosial dan Perawatan Kesehatan.
“Sepertinya kita merundingkan kesepakatan itu tadi malam,” candanya.
Keterampilan menangkis secara lisan yang ditampilkan di tengah serangan Partai Republik itu adalah pertanda awal dari cara Biden melakukan kampanye dalam upaya untuk terpilih kembali pada pemilu 2024, kata para pengamat.
“Saya rasa Presiden Biden tengah menantang atau bahkan memancing para anggota Partai Republik untuk merespons dirinya,” ujar John Fortier, anggota senior di American Enterprise Institute yang berfokus pada masalah Kongres dan pemilu.
“Pemimpin DPR telah memperingati anggotanya untuk tidak terpancing, namun situasinya berubah (saat pidato kenegaraan). (Tindakan) dari para anggota yang berteriak bahwa presiden telah berbohong kemungkinan tidak akan membantu memuluskan tujuan mereka.”
Sementara itu, Jeff Bennet, profesor dan kepala prodi komunikasi di Vanderbilt University mengatakan, “sulit untuk menebak apakah presiden telah menduga ia akan mendapat reaksi semacam itu, namun ia terlihat siap untuk situasi tersebut. Dia telah lama menjadi politisi.”
“Presiden (Biden) menunjukkan bahwa ia orang yang masuk akal dan bersedia untuk menampung perbedaan dalam menyelesaikan masalah. Dan para anggota yang mengejeknya akhirnya memberikan bukti visual yang dibutuhkan presiden untuk mendukung klaimnya tersebut.” [voa]