Isi Kepala
TRANSINDONESIA.co | Pameran lukisan saya dengan judul “Isi Kepala” merupakan refleksi atas pemikiran dan juga pikiran manusia. Mengambil dari quote filsuf Rene des Cretes: “cogito ergo sum”, ketika saya berpikir maka saya ada. Berpikir menjadi suatu tanda manusia hidup tumbuh dan berkembang. Pemikiran ada di kepala bukan di tempat lain. Karena kecerdasan ada di kepala. Tatkala kepala kosong, di mana otaknya. Banyak plesetan plesetan otak dengkul, otak udang, logika koprol, ndas closed dan banyak lainnya.
Albert Einstein mengingatkan kita: “the true sign of intellegent is not knoledge but imagination”. Manusia tanpa imajinasi mati? Bisa saja demikian, “mati sajroning urip”. Fisik boleh hidup, raga belum mati, namun tatkala pikiran atau isi kepala mati sejatinya telah mati di saat masih hidup.
Isi kepala merefleksi pikiran yang akan muncul pada perkataan dan perbuatan. Bagaimana pikiran cerdas untuk bermanfaat dan menjadi berkat bagi hidup dan kehidupan. Manusia berkewajiban memanusiakan sesamanya, “homo homini salus”. Orang manado mengatakan “torang samua basudara”. Amanat konstitusi salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Seni budaya dan pariwisata merupakan cara soft untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari tema pameran lukisan “Isi Kepala” judul lukisan yang dipamerkan:
1. Mikir
2. Hening
3. Kepala miring
4. Logika koprol koprol
5. Waras
6. Mau ke mana (quo vadis)
7. Melihat manusia dalam kemanusiaannya
8. Kpolax
9. Refleksi
10. Mawas diri
11. Mata hati
12. Suara jiwa
13. Hanya rasa
14. Di balik raga
15. Memahami makna
16. Siapa sangka serigala menjadi gembala domba
17. Napsu
18. Maaf
19. Cukup
20. Sejauh mata memandang
21. Ilusi
22. Bangkit
23. Kelam
24. Ke mana jiwa
25. Apa adanya
26. Panggilan
27. Jalan hidup
28. Ada apa
29. Kalau kuasa ada
30. Sesuka sukanya
31. Pasrah
32. Nyali dalam kebaikan dan kebenaran
33. Aku rapopo
34. Becik ketitik olo rupamu
35. Jangan terjebak raga
36. Kelana jiwa
37. Memahami
38. Menang sendiri
39. Perang batin
40. Hadapi saja
41. Mendengar suara hati
42. Era post truth
43. Ketika luka
44. Jleb
45. Kata kata jiwa
46. Menjaga kewarasan jiwa
47. Suka sesuka sukanya
48. Lupa
49. Kerikil dalam pikiran
50. Doa
Filsuf Gelner mengatakan: ” segala sesuatu ada karena di mengerti. Maka isi kepala memang harus diisi. Ia bagai kendi. Tatkala penuh maka isi kepala akan keluar dalam berbagai caranya. Kalau kosong dijungkir hingga di gepuk sekalipun tetap tidak ada yg bisa dikeluarkan. Isi kepala menandakan suatu kecerdasan agar hidup menjadi berharga dan ada keabadian. Ars longa vita brevis. Hidup itu pendek seni itu abadi. Chrysnanda Dwilaksana
Heli Pontianak Tamejuk
240922