Kadis Kebudayaan Resmikan Garis Nol Meredian Batavia Exhibition
TRANSINDONESIA.co | Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana meresmikan Garis Nol (Titik Nol) Meredian Batavia Exhibition di Museum Bahari kawasan Menara Syahbandar, Penjaringan, Jakarta Utara.
Peresmian ini dilakukan bersamaan dengan peringatan HUT ke-45 Museum Bahari yang mengusung tema “Event an Evening With Museum Bahari”.
Iwan mengatakan, kehadiran ruang pamer memberikan arti tersendiri di perayaan HUT ke-45 yang diadakan oleh pihak pengelola. Titik Nol Meredian Batavia merupakan bukti perkembangan pembangunan yang jangan sampai dilupakan generasi saat ini.
“Bagaimana Titik Nol Meredian punya daya tarik bagi masyarakat untuk banyak tau tentang perkembangan kota Jakarta ini,” ujarnya, Kamis (7/7/2022).
Diharapkan Iwan, pameran tersebut bisa menjadi pengingat sejarah bagi masyarakat serta memberikan manfaat bagi keberlangsungan informasi seputar sejarah.
Kepala UP Museum Kebaharian, Mis’ari menambahkan, pameran bertujuan meluruskan persepsi dan narasi yang beredar di masyarakat selama ini mengenai titik nol kilometer yang ada di Pulau Weh dan Yogyakarta sebagai acuan waktu berlayar. Padahal, titik nol yang ada di Museum Bahari-lah yang merupakan acuan waktu yang benar saat berlayar.
Garis nol yang dimaksud Mis’ari merupakan garis bujur nol yang sangat diperlukan pada masa aktifnya perdagangan di kawasan Sunda Kelapa saat itu. Garis titik nol meredian berada di Menara Sinyal yang dibangun tahun 1839.
Pada gedung ini tersimpan sebuah jam yang paling akurat beserta perlengkapannya. Kemudian pada atapnya didirikan sebuah sinyal waktu tetap yang dapat dilihat dari kejauhan.
Dengan mengamati sinyal harian ini, awak kapal yang berlabuh di Teluk Batavia bisa menyesuaikan jam kapal mereka. Garis nol meredian ini masih digunakan untuk produksi peta Indonesia hingga tahun 1942, meskipun dari tahun 1883 Meredian Greenwich sudah diterima universal sebagai Meredian utama.
“Bangunan Museum Bahari memiliki segudang cerita. Kami sadar memiliki tantangan di tengah keterbatasan narasi sejarah,” tandasnya.[rch]