JANGAN MEMPERSULIT DIRI

TRANSINDONESIA.co | Saudaraku, entah disadari atau tidak, kita kerap mendramatisasi sebuah persoalan hingga persoalan yang sebenarnya sederhana jadi tampak luar biasa besar dan rumit. Persoalan yang sebenarnya tidak begitu pahit seolah menjadi akhir hidup disebabkan dramatisasi diri kita sendiri. Belum sempat mendiagnosa sebuah persoalan, tapi kita sudah mengasihani diri sehingga persoalan tersebut tampak rumit.

Sebagai contoh, ada seseorang yang sakit pinggang dan belum sempat memeriksakan dirinya ke dokter. Kemudian, dia menceritakan hal itu kepada temannya. Dia menduga-duga bahwa dia sedang terkena gangguan ginjal. Lalu, muncul kekhawatirannya akan biaya pengobatan yang mahal, cuci darah, dan gangguan kesehatan yang berkepanjangan. la stres dan tersiksa oleh pikirannya sendiri. Padahal, ia sama sekali tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada pinggangnya.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk terlatih selalu mengendalikan diri setiap kali menemui sebuah persoalan. Janganlah larut dalam “jebakan-jebakan” sikap yang justru mempersulit diri sendiri. Latihlah diri kita agar bisa merespons setiap persoalan dengan tenang, pikiran jernih, dan hati yang lapang karena sebenarnya setiap persoalan yang menimpa manusia sudah terukur oleh Allah SWT. Tak ada persoalan yang ukurannya di luar kemampuan kita untuk memikulnya.

Hal ini sesuai dengan janji Allah SWT di dalam Al Qur’an,

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya…” (QS. Al Baqarah [2]: 286)

Allah SWT Maha Mengetahui siapa sebenarnya diri kita. Allah tidak mungkin berbuat zalim terhadap makhluk-Nya. Setiap persoalan yang menimpa kita sesungguhnya sudah terukur untuk bisa kita hadapi. Adapun yang membuat kita merasa berat saat menghadapinya tiada lain disebabkan kurangnya ilmu dan iman dalam diri kita sehingga langkah-langkah kita dalam menghadapinya tidak sesuai dengan petunjuk Allah SWT

Tidak ada yang aneh dalam kehidupan dunia ini. Polanya masih sama seperti pergantian siang dan malam, terus-menerus dan silih berganti. Kadang dipuji, kadang dicaci. Ada gembira, ada sedih. Datang senang lalu berganti menjadi susah. Kadang disukai kadang dibenci. Kadang sehat alu beberapa waktu kemudian sakit. Ada lapang dan sempit. Terus-menerus silih berganti. Tidak ada yang aneh, yang aneh adalah jika kita tidak memahami hakikat hidup di dunia ini.

Marilah kita terus melatih diri untuk siap bersikap tenang pada setiap keadaan, terutama ketika persoalan hidup datang melanda. Jangan mempersulit diri dengan mendramatisasi persoalan, melupakan nikmat yang terus Allah SWT berikan, dan mengandai-andaikan yang tidak ada. KH. Abdullah Gymnastiar

Share
Leave a comment