TRANSINDONESIA.co | Mengenang Kartini bukan sekadar tradisi merayakan kebangkitan dan keseteraan perempuan yang ia perjuangkan. Mengenang Kartini adalah juga tentang menghikmati cara perjuangannya.
Kartini tidak mengangkat senjata, tidak memimpin gerakan, tidak pula mendirikan partai dan organisasi kebangsaan. Perjuangan Kartini adalah perjuangan gagasan melalui kata-kata. Gagasan yang ia narasikan, kata-kata yang ia tuliskan.
Kata-kata bagi Kartini tidak sekadar menjadi senjata, tapi juga penyala.
Kartini baru sempat mendirikan satu sekolah wanita selama setahun, sebelum ia meninggalkan dunia dalam usia terlalu muda. Namun kata-katanya menjelajah jauh melampaui rentang hidup singkatnya. Kata-kata yang tertulis dalam surat-suratnya telah menyalakan gagasan, pemahaman, dan inspirasi dalam benak bangsanya.
Perkumpulan Budi Kemuliaan adalah salah satu contohnya. Didirikan oleh beberapa perempuan berkedudukan tinggi di masyarakat yang terilhami oleh buku kumpulan surat-surat Kartini. Dari perkumpulan ini lahirlah Rumah Sakit Budi Kemuliaan dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Kemuliaan yang sepanjang sejarahnya telah tebar luaskan begitu banyak kebermanfaatan.
Kartini adalah satu dari sedikit pahlawan nasional yang dihormati karena pemikiran dan gagasannya. Kartini tak hanya mewakili perjuangan perempuan, tapi ia pun mewakili perjuangan melalui gagasan. Dari Kartini, kita melihat secara nyata rangkaian gagasan mewujud menjadi narasi, lalu mewujud menjadi karya.
Selamat Hari Kartini. Selamat merayakan kebangkitan dan kesetaraan kaum perempuan. Selamat merayakan kekuatan kata-kata dalam membawa perubahan.* Anies Baswedan