Ramadhan sebagai Bulan Literasi bagi Umat Muslim

TRANSINDONESIA.co | Selain ibadah puasa, umat muslim menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan literasi yang didasarkan pada dua hal.

Pertama, pada bulan Ramadhan umat muslim memperingati peristiwa turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) di mana wahyu pertama kali yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW saat itu adalah surat Al-‘Alaq 1-5. Dalam surat tersebut terdapat pesan untuk membaca (iqra’) dan menulis yang dilambangkan dengan pena (qalam).

Setiap bulan Ramadhan umat muslim lebih banyak meluangkan waktu untuk membaca (tadarus) atau mengaji Al- Qur’an bersama-sama dengan lebih intens dibandingkan bulan yang lain. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut :

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf”. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Bukhari).

Membaca Alquran dapat menenangkan hati dan pikiran. Semakin rajin membaca Alquran, maka semakin dekat dengan Allah SWT, semakin jiwa tersadarkan dengan keajaiban Al-Quran, dengan keindahan bahasa dan muatannya, hal ini dapat menambah keimanan kepada Allah SWT.

Membaca Alquran dapat mendatangkan kebaikan dan kemuliaan pada hari kiamat serta Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang mengamalkannya.

Kedua, pada bulan Ramadhan, setelah umat muslim mengalami kemenangan dalam perang Badar, Nabi Muhammad SAW membuat sebuah kebijakan dengan memerintahkan tawanan perang untuk mengajari anak-anak membaca dan menulis sebagai syarat kebebasan.

Kebijakan Rasulullah SAW itu kemudian melahirkan para penulis wahyu, pada awalnya hanya Alquran yang boleh ditulis, kemudian pada langkah selanjutnya hadits-hadits Nabi Muhammad SAW juga mulai ditulis, sehingga lahirlah sebuah shahifah atau lembaran-lembaran tulisan yang berisi hadits yang ditulis pada zaman Rasulullah SAW.

Shahifah dikenal dengan As-Sahifah As Shadiqah. Dalam Islam, kedua sumber pokok ajaran ini tidak hanya diyakini sebagai panduan atau petunjuk dalam kehidupan beragama tetapi juga sebuah landasan inspirasi dalam membangun kemampuan literasiumat muslim. Wallahu ‘Alam Bishoab.”

Oleh: H. Syahrir, SE, M.IPol, [Anggota Komisi I DPRD Jawa Barat/Ketua Dewan Pembina Gerakan Literasi Nasional (GLN) Gareulis Jawa Barat]

Share