Serangan Rusia pada Menara TV di Kyiv Tewaskan Jurnalis
TRANSINDONESIA.co | Seorang operator kamera asal Ukraina tewas dalam serangan Rusia terhadap sebuah menara televisi di Kyiv. Sang operator menjadi korban pertama dari sektor media yang tewas selama invasi Rusia berlangsung di Ukraina.
Korban tersbeut bernama Yevhenii Sakun, yang bekerja untuk LIVE TV. Ia tewas bersama empat orang lainnya dalam serangan yang terjadi pada Selasa (1/2) itu, sebagaimana dikonfirmasi oleh polisi Ukraina pada Rabu (2/3).
Jurnalis Ukraina dan koresponden asing yang meliput perang memberi penghormatan kepada Sakun melalui media sosial.
Masyarakat internasional, termasuk Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE), serta Asostiasi Penyiar Internasional (AIB), mengecam serangan tersebut.
“Lembaga penyiaran tidak seharusnya diserang dan dihambat secara sewenang-wenang karena media memiliki peran penting untuk mengabarkan kepada masyarakat tentang situasi di negara mereka sendiri,” demikian disampaikan oleh Teresa Ribeiro, wakil kebebasan media dari OSCE, dalam cuitannya melalui Twitter.
CEO AIB Simon Spanswick kepada VOA mengatakan serangan itu “dipandang sebagai upaya mencegah akses warga Ukraina, kaum laki-laki, perempuan, dan anak-anak, pada berita dan informasi penting ketika nyawa mereka terancam.”
Dua roket menghancurkan menara itu bersama tugu peringatan Holocaust Babyn Yar pada pukul 6 sore waktu setempat pada Selasa (1/3). Serangan tersebut menyebabkan beberapa stasiun televisi tidak bisa melakukan siaran.
Media Kyiv Independent melaporkan delapan saluran kembali melakukan siaran dua jam setelah serangan.
Menteri Luar Negeri Ukraina menyebut serangan atas monumen Babyn Yar itu “biadab,” demikian dilaporkan oleh Reuters.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah tuduhan Rusia melakukan kejahatan perang, dan mengatakan kepada sejumlah wartawan, “pasukan Rusia tidak melakukan serangan terhadap infrastruktur sipil dan daerah perumahan.” Akan tetapi kerusakan meluas pada rumah-rumah tinggal dan infrastruktur sipil lainnya telah banyak didokumentasikan oleh beberapa media termasuk Associated Press.[voa]