TRANSINDONESIA.co | Polisi melalui pemolisiannya dalam model yang konvensional lebih menekankan pada penegakan hukum, melawan kejahatan, dan model model reaktif pemadam kebakaran (fire brigade policing). Dalam model kekinian yang dipelopori pengembangan community policing atau di dalam implementasi penyelenggaraan tugas Polri dikenal dengan Polmas.
Model pemolisian bervariasi dapat berbasis wilayah, berbasis fungsi dan berbasis dampak masalah. Bimmas Noken yang diimplementasikan di Papua menjadi suatu model soft policing. Pendekatan yang melihat pada manusia, kemanusiaan dalam kehidupan sosial.
Berbagai langkah kemanusiaan yang dilakukan Tim Bimmas Noken, menunjukan adanya upaya memantik atau menginspirasi atas kehidupan sosial, bagi masyarakat dalam membangun dan merawat keteraturan sosial. Misalnya saja polisi piajar (si Ipar), mengedukasi dalam gerakan membaca,menulis, menggambar dan bermain bagi anak anak usia dini.
Hal ini mendekatkan bagaimana polisi memahami kebutuhan pendidikan pada lingkungan masyarakat yang sederhana. Kesejahteraan untuk anak negeri (kasuari), dibidang pertanian, peternakan juga perikanan. Apa yang dilakukan kepolisian unyuk menstimuli, memantik, menginspirasi bahkan mentransformasi serta memberdayakan potensi yang ada.
Apa yang dilakukan nampak sederhana seperti mengajarkan menanam lombok, kacang panjang, kangkung, kol, buah naga, kopi dsb. Memelihara ayam, babi, kambing, ikan dsb. Membuat taman bacaan yang permanen di sekitas pos polisi atau juga yang dengan berkeliling. Ini semua dilakukan anggota polisi dengan rasa cinta dan bangga. Dari kecintaan dan kebanggaan ini akan menumbuhkan polisi polisi yang memiliki karakter.
Sejatinya mereka membagikan kebahagiaan dan dari kebahagiaan ini membangkitkan harapan yangbdslam konteks community policing mejadi bagian meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan upaya mewujudkan keteraturan sosial melalui rekayasa sosial.
Membangun citra yang dekat dan bersahabat. Apa yang dilakukan tim Bimmas Noken memerlukan adanya dukungan dari political will dan sarana kontak. Apa yangbtelah sedang dan akan dilakukan merupakan suatu penjagaan kehidupan, pembangunan peradaban dan sekaligus perjuangan bagi kemanusiaan.
Bimmas Noken sekarang ini juga dikembangkan dalam konteks masyarakat sadar seni budaya dan pariwisata dalam program (Tifa) Torang Insan Faham Budaya.
Kesenian suku suku bangsa (tribal art) di Papua sangat luar biasa seperti patung, lukisan, ukiran, lagu lagu bahkan model stand up commedy melalui MOP, dsb. Hidup dan kehidupan masyarakatpun menjadi sesuatu yang ikonik bagi citra papua yang indah dan kaya. Membangun masyarakat sadar seni budaya dan pariwisafata wisata, bukan hanya dari atas (top down) atau dari bawah (bottom up) melainkan kedua model tersebut saling mendukung.
Masdarwis menjadi bagian penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun rasa nasionalisme dan kebangsaan. Kehidupan sehari haripun dapat menjadi suatu peristiwa artistik, masyarakat akan semakin humanis dan sadar akan banyak hal untk semakin manusiawinya manusia. Mas darwis selain hidup juga akan memberi kehidupan bagi banyak orang. Membangun Mas Darwis dari atas antara lain:
1. Ada political will yang berpihak dan mendukung Mas Darwis. Yang dilakukan bukan hanya janji tetapi bukti. Dari hal administrasi, pembangunan infrastruktur sampai dengan marketing dan mendatangkan orang-orang. Dalam hal ini semua yang berkaitan dengan Darwis dibangun dari edukasi, infrastruktur dan sistem-sistemnya, fasilitas-fasilitas, makna dan filosofi hingga jaminan keamanan, keselamatannya pun dibangun. Di samping itu juga membangun sumber daya manusia dan memberi apresiasi para pejuang dan pahlawan Darwis walaupun tingkat lokal.
2. Adanya pemimpin-pemimpin yang transformatif sebagai agen-agen perubahan. Pepatah mengatakan temukan orangnya baru bangun sistemnya. Para pemimpin ini akan menjadi linking pin penyambung sistem-sistem formal dan non formal yang mampu memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi.
3. Adanya back up system dari pemerintah, para pakar dan akademisi, sektor industri atau bisnis dan media, dsb untuk mendukung hidup tumbuh dan berkembanya Mas Darwis. Apabila ada masalah dari administrasi, operasional hingga penegakkan hukum harus tegas, cepat, konsisten dan konsekuen.
4. Mengkampanyekan dan memberi jaminan di kawasan Mas Darwis : anti premanisme, anti narkoba, anti kekerasan dan sebagainya.
5. Menyiapkan mitra yang mampu menjadi smart power baik dari kalangan akademisi, tokoh, pakar dan sebagainya untuk menjadi PR atau sebagai kurator atau mentor dari Mas Darwis.
Kelima point tersebut setidaknya secara nyata ada dan dari bawah/ bottom up, secara lokal masyarakat dapat membangun dengan kesadaran tanggung jawab dan disiplin untuk:
1. Mau dan mampu menghormati merawat dan membanggakan lingkungannya. Di sini ada kesadaran bahwa potensi Darwis bukan untuk diperebutkan tertapi secara gotong royong hidup rukun dirawat dan dibangun menjadi suatu ikon yang dapat menjadi tanda karakter bagi lingkungannya.
2. Para lokal hero dapat menjadi pelopor untuk mengajak lingkungan warga menjadi perintis masdarwis. Membangun sistem-sistem komunikasi sosial dan sistem solusi sehingga bila terjadi konflik tidak dengan anarkisme melainkan dapat diselesaikan secara beradab.
3. Membuka spot-spot alam, heritage, menorehkan cerita, kisah, legenda sampai dengan fabel atau apa saja yang menjadi cerita rakyat yang menjadi daya tarik bagi lingkungan darwis.
4. Membangun fasilitas publik dari parkir, warung sampai dengan wc umum yang asri, bersih, nyaman walau sederhana. Keunikan-keunikan lokal ini akan menajdi bagian dari katakter kebangsaan yang cerdas peka dan peduli akan tanah air.
5. Keasrian, kealamian, kebersahajaan kehidupan masyarakat pun akan menjadi sesuatu yang menarik dalam lingkungan Mas Darwis.
Point-point di atas bukanlah harga mati, namun itu setidaknya yang menjadi stimuli membangun Masdarwis dari atas maupun bawah, yang senantiasa ada harmoni dalam mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial. Masdarwis selain cerdas, cinta dan bangga akan tanah air juga dapat untuk hidup dan memberi kehidupan bagi banyak orang.
Bimmas Noken sebagai model soft policing dapat dikembangkan terus dan dapat dikaitkan dengan kearifan lokal lainnya. Komitmen kosistensi yang terus berkesinambungan akan melahirkan keunggulan dalam mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial.
Tegal Parang 111221
Chryshnanda Dwilaksana