Hidup Bukan Mainan, Apakah Perlu Permainan?
TRANSINDONESIA.co | Di masyarakat, permainan selalu ada. Dari yang anak anak sampai yang sudah kawak kawak pun ada. Salah satu permainan yang bisa mencandui adalah permainan angka yang memberi harapan. Entah harapan itu palsu atau nyata atau main main faktanya di berbagai kalangan sangat menyukainya.
Permainan itu permainan angka, permainan gambar, permainan warna dan banyak permainan dengan simbol simbol lainnya. Permainan ini dianggap para penggemarnya sebagai jalan yang membuka keberuntungan. Ada banyak variasi cocok warna 1 dapat 10, 2 angka mendapatkan kelipatan sepuluh, dst.
Semakin banyak angka yang cocok akan akan semakin besar perolehannya. Inipun juga tergantung dari seberapa besar nilai belinya. Semakin besar belinya semakin besar perolehannya jika cocok angka yang keluar atau angka yang ditentukan sang bandar.
Demi memperoleh kecocokan angka yang dianggap sebagai pembuka jalan keberuntungan banyak jalan yang dilalui. Ada yang belajar dari buku buku tafsir mimpi, buku buku panduan spiritual atau primbon sebagai penanggalan waktu dan hari baik, ada yang mengotak atik angka secara logika sampai yang tanpa logika. Cara cara bersemedi atau menjiarahi tempat tempat yang angkerpun dijalani. Bertanya kepada para normal hingga orang gila yang tidak normalpun ada yang melakukan. Setiap fenomena seakan akan dikwantitatifkan dengan simbol simbol angka.
Kecelakaan lalu lintas misalnya. Dilihat plat nomornya, dilihat umur korbannya atau dilihat tafsif kejadiannya. Bolak balik tambah kurang bagi hingga kali sering kali dikatakan sebagai mistik. Masih lagi divariasi untuk angka depan sebagai kepala dan angka belakang sebagai ekor. Ada pula dengan kode ganjil genap dan banyak lagi lainnya.
Kisah kotak Pandora yang menyisakan harapan walau banyak permasalahan yang juga dikeluarkan namun ada harapan. Bahkan ada yang menyebut undian harapan. Ada yang mengatakan SDSB (Sumbangan Sosial Dermawan Berhadiah), Porkas (Pekan Olah Raga Ketangkasan), Nalo (National Lottery), itu dikelola swasta yang diresmikan atau dilegalkan.
Namun cabang cabangnya dari kelompok kelompok yang mencoba mencari peruntungan dengan membandari sendiripun juga ada. Agen agen penjualnya ada di mana mana merambah semua lini bahkan di kantor kantorpun tak luput dari rambahnya. Permainan kartu dari Capsa, Cap Jie Kie, Joker Karo, Remi, 41, jemek, kyiu kyiu, mahyong, ceki, domino, rolet, klothok, toto.
Ada juga yang dengan permainan seperti, balap kelereng, tebak tebakan mobil yang lewat, tomprang atau dengan gambar umbul, hingga menafsir apa saja dari yang ada di sekitarnya sampai yang gaib. Permainan permainan ini ada bandar, ada pengedar, ada pemain, ada peramalnya semua saling berkaitan, bahkan bisa juga saling bertentangan satu sama lainnya.
Permainan ini dapat dilihat dari berbagai pendekatan dari rekayasa sosial, sosial kemasyarakatan hingga penyakit masyarakat. Pendekatan seni budaya? Melihat permainan dari sisi apa saja akan ada pro dan kontra. Namun secara hukum tatkala menjadi perjudian maka akan menjadi pidana yang diatur dalam pasal 303 KUHP juga peraturan peraturan lainnya. Judi juga dijadikan judul dan tema lagu oleh Rhoma Irama. Sudjana Kerton melukis tentang perjudian, Paul Cezane melukis “the playing card”, dsb.
Berbagai kajian dari skripsi, tesis hingga disertasi juga dilakukan. Dan permainan lainya yang dapat menjurus ke perjudian ada yang menggunakan bungkus perlombaan atau pertandingan dari adu binatang, adu manusia hingga olah raga.
Pada masa lalu SDSB maupun Porkas seringkali dikaitkan dengan olah raga. Ceritera kuno pun ada kisah kisah permainan yang menggunakan pertaruhan; uang, barang, kekuasaan, jabatan, bahkan orang. Kisah Mahabaratapun ada ditulis seperti, Kangsa adu Jago, Pandawa Dadu yang berdampak pada pelecehan Drupadi, pengasingan dan penyamaran Pandawa hingga Baratayudha. Kisah sejarah Singosari misalnya, Anusapati yang memiliki kegemaran adu jago. Kisah legenda Panji Laras yang juga mengisahkan tentang Raja yang memiliki hobi adu ayam.
Dalam permainan selalu saja ada trik intrik bahkan kelicikan. Namanya juga permainan yang maunya menang, maunya untung terus, tidak ingin kalah dan tidak rela dikalahkan, apalagi kalau sudah menjurus ke perjudian. Apapun caranya yang penting menang. Permainan permainan kadang juga menjadi pengiring dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Dari kelahiran, perkawinan, pesta peringatan sesuatu hari sampai kematianpun ada. Berbagai pembenaran pembelaan, penolakan hingga penegakan hukum ada. Tanpa sadar semua itu ada adu kekuatan. Ibarat asu gedhe menang kerahe. Backing sebagai prewangan dari jin, dukun, mantra, preman hingga aparat ada.
Permainan yang memainkan hidup bagai suatu mainan kadang di luar nalar namun ada dan diyakini sebagai sesuatu yang waras. Permainan di era digital tentu saja akan mengikuti model model on line, model yang menggunakan teknologi bisa dengan aplikasi hingga robot. Selama manusia ada permainan dan memainkan hidup dan kehidupan akan terus terjadi. Hidup memang bukan mainan namun seringkali menjadi mainan yang terus dipermainkan.
Senja temaram di Tegal Parang 13 Nopember 2021.
Chryshnanda Dwilaksana