CITRA MEDIA
TRANSINDONESIA.CO | Media seakan menjadi ruang penghubung yang menjembatani berbagai kepentingan untuk berbagai kepentingan. Agar kepentingan yang dimaksudkan dapat tercapai maka media ini perlu ditata dimanage. Memanage media bisa menggunakan prinsip-prinsip dasar management POAC (Planning Organizing Actuiting and Controlling).
Planing merupakan pembuatan grand design yang menjawab dan mejabarkan atas pertanyaan-pertanyaan; apa, bagaimana, di mana, siapa, hingga mengapa menggunakan media.
Dari sini dapat dipelajari algoritma media apa yang menjadi pola atau kesukaan dari siapa yang menjadi sasarannya. Sehingga dapat dibuat rancang bangun pesan yang akan disampaikan termasuk bagaimana dan siapa yang akan menyampaikan.
Kekuatan media pada jejaring dan dukungan dari para viewer hingga orang orang yang menyukainya. Hal ini berdampak pada labeling dan rating. Ini bisa menjadi semacam gethok tular, sesuatu yang berantai.
Penyebaran konten atau isi dari pesan yang akan disampaikan secara reguler atau periodik ini juga kekuatan media. Topik yang sama dilakukan terus menerus pada frekwensi yang sama akan mempengaruhi opini publik. Tentu cara pengemasan yang menarik, fun, menghibur, kekinian, dan dpat dipercaya. Cara memaknai mengemas dan memarketingkan merupakan satu rangkaian yang saling mendukung dan mempengaruhi.
Di era post truth berita yang menyesatkan atau pembodohan, pengadu dombaan, ujaran kebencian, itu dikemas sedemikian rupa membuat publik percaya. Hal yang fakta dan kebohongan yang diviralkan melalui berita hoax by design. Bukan tiba tiba tetapi ada yang mengolah dan menjadikan ruang media menyampaikan kepentingan-kepentingannya demi mencapai tujuannya.
Di era demokrasi kebebasan mengkritik dan penyampaian pendapat diperbolehkan. Namun apa yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan.
Media di era digital menjadi ruang bebas bahkan saking bebasnya nilai etika ditabrak semua hingga dilabel netizen paling buruk tata kramanya. Tatkala sesuatu yang provokatif dimintakan pertanggungjawaban muncul kembali kemasan pemberangusan.
Dahulu perang bintang, perang adu kekuatan, sekarang perang media. Adu konten dan upaya pencerdasan maupun standar berita menjadi dasar counter hoax.
Media yang tanpa keteraturan bisa dianalogikan kawasan kumuh sarat berita sampah. Tatkala yang masuk di ruang itu tanpa pengetahuan atau pemahaman yang cukup dan main telan dan ikut menyebarkan ini yang berbahaya. Kepentingan apa saja bisa diolah di media. Meme, vlog, dll, menjadi pilihan. Dari religi, seni, tradisi, hobby, komuniti hingga teknologi ada di sana. Memanage media membangun citra untuk dapat menata dan menggunakan berita bagi pencerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara.*
Paska Ayam Berkokok 280721
Chryshnanda Dwilaksana