Peradaban dan Kecerdasan Bangsa

“Di era post truth pemanfaatan media dengan berita hoax jadi kebanggaan dan andalan pencapaian tujuan menggerus peradaban”

TRANSINDONESIA.CO – Bangsa yang beradab dapat dikatakan cerdas karena mampu menyelesaikan konflik secara beradab. Perilaku keseharian dari orang kebanyakan dapat menjaga keteraturan sosial dengan cara cara yang waras. Cara fisik cara preman cara merusak produktifitas, merusak seni budaya, membanggakan gerakan gerakan dengan suasana mencekam, ujaran kebencian provokasi dan masih banyak lainnya.

Semua ini, menunjukkan beta rendahnya peradaban dan kecerdasan sosial bagi hidup berbangsa dan bernegara.

Perebutan kekuasaan dengan cara cara inskonstitusional menjadi kebanggaan dan pilihan. Kemampuan diskusi berdialog biasanya sulit. Cara cara kekerasan dan anarkisme yang ditonjolkan atau malah dibangga banggakan. Di era post truth pemanfaatan media dengan berita berita hoax akan menjadi kebanggaan dan andalan pencapaian tujuan dengan cara menggerus peradaban menumpulkan logika dan memanas manasi emosi massa.

Cara cara kontrapoduktif yang dikemas dg balutan primordial menjadi keunggulan walau sebenarnya tumpulnya logika dan hilangnya rasa kemanusiaan. Cara cara menakut nakuti, mengancam, mempresure kebijakan dengan massa dan banyak lagi yang sebenarnya menunjukkan betapa lemah dan malasnya menyelesaikan konflik dengan cara cara beradab.

Pembunuhan karakter digunakan dan menjadi cara melawan siapa saja yang tidak sepaham. Lagi lagi era post truth menjadi peluang dengan membully dengan melabel hingga menabur kebencian. Cara primordial ini sepertinya yang menjadi unggulan. Menyerang ranah pribadi, melabel aktifitas sosial dan kemasyarakatan. Dari tukang melawan lah, tidak tahu dirilah, melabel dengan keyakinan yang bukan keagamaan lah entah juga membuat issue teman teman dan kroninya tidak mendukung lah, dan sebagainya, yang tujuannya membuat stigma dan terbangun kebencian.

Cara cara ini menunjukkan betapa rapuh dan dan lemahnya kecerdasan sosial. Model peradaban dengan sistem kroni sebenarnya membusukan di tengah tengah. Karena di bawah tak berakar di pucuk tak berdaun di tengah banyak kutu ulat yang menggerogoti dari dalam.

Membangun peradaban dapat dimulai dari pemahaman dan pengetahuan seni budaya antara lain:

1. Membangun sadar akan view (pemandangan di sekitar kita). Apa saja sebenarnya ada makna di baliknya dan ada sesuatu yang bisa dipetik dari alam, benda bahkan kegiatan kegiatan orang di dalam lingkungan itu.

2. Membangun masyarakat yang sadar lingkungan melalui rekayasa sosial. Yang dapat dimulai dari rumah kita masing masing. Gerakan moral dari rumah apa saja yang menjadi bagian dari peradaban.

3. Membangun dan mendidik serta melatih hasrat menata. Setelah memiliki kesadaran dan kemampuan point 1 dan 2 maka hasrat untuk menata sebagai passion ini bisa dimunculkan atau dibangun bagaimana untuk peka, peduli dan berbela rasa.

4. Membangkitkan kembali cara mengedukasi agar warga masyarakat secara umum paham akan seni budaya. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai festival atau kegiatan-kegiatan seni budaya.

5. Mengajarkan membimbing dan memfasilitasi agar masyarakat mampu atau nisa menikmati akan seni dan budaya.

6. Tatkala masyarakat sudah mampu menikmati memang perlu diajarkan dan diajak kembali untuk mampu menginterpretasi dan mengapresiasi karya seni dan budaya.

7. Kepekaan kepedulian dan bela rasa memang memerlukan kekuatan untuk mampu mendukung perkembangan seni budaya secara langsung mauoun tidak langsung.

8. Kewajiban pemerintah, para pelaku bisnis dan para akademisi unyuk mampu mengemas memaknai dan memarketingkan karya seni dan budaya bangsa.

9. Di era digital media menjadi jembatan jiwa, jembatan hati bahkan pikiran yang mampu memembus batas labirin ruang dan waktu. Sehingga kemampuan memberdayakan media dapat mendukung hidup tumbuh berkembang dan lestarinya seni budaya.

10. Membuat sistem edukasi transformasi bagi terus lahirnya seniman dan budayawan untuk terus mampu membuat karya merawat hingga melestarikannya.

Masih banyak cara lain dalam membangun peradaban, namun dalam pendekatan seni budaya setidaknya 10 point di atas menjadi fondasi dasar untuk menjaga kewarasan. Tatkala orang sadar seni budaya dia tidak mudah ditipu dibodoh bodohi atau dijadikan keledai tunggangan kaum preman. Menjaga kewarasan merupakan bagian dari peradaban. Dan menjaga keteraturan sosial untuk mwmbuat bangsa berdsulat berdaya tahan berdaya tangkal bahkan mampu berdaya saing.**

Oleh: Prof.Chrysnanda Dwi Laksana adalah Pemerhati Sosial Budaya dan Seni Indonesia.

Share
Leave a comment