ANTARA SUSAH & SENANG
TRANSINDONESIA.CO – Perjalanan setiap manusia senantiasa dihiasi oleh keadaan manis dan pahit. Seandai boleh memilih, tentu kita akan memilih kehidupan yang manis. Tidak ada antara kita yang menginginkan hidupnya susah. Bagaimana tidak, kepahitan hidup sangat lekat dengan kesan susah, sulit, menderita, musibah dan tempat berputus asa.
Padahal, belum tentu seperti yang dibayangkan. Pahit dan manis, susah dan senangnya hidup itu memiliki persamaan : sama-sama ciptaan Allah Ta’ala dan sama-sama ciptaan Allah Ta’ala dan sama-sama bisa menjadi berharga ciptaan Allah Ta’ala dan sama-sama bisa menjadi berharga bagi kita. “Mungkin engkau mendapatkan karunia ilmu ma’rifat pada saat gelapnya kesedihan, apa-apa yang tidak engkau dapatkan pada saat terangnya nikmat kesenangan. Kamu tidak mengetahui yang mana lebih dekat kepadamu manfaat keuntungannya.”
(Al-Hikam No. 161)
Hal paling berharga adalah bahwa keduanya dapat membuat kita tersungkur bertobat dan semakin dekat dengan Allah Ta;ala. Senangnya hidup dapat menjadi berharga apabila dalam kesenangan itu kita sadar bahwa semua kesenangan datang dari Allah. Kita pun menjadi bersyukur. Begitu pula dengan kesusahan, dia akan berharga apabila kita semakin sadar dan mendekat kepada-Nya.
Sebaliknya, kesulitan dan kesenangan itu sama-sama tidak berarti apa-apa, apabila kita lupa bahwa segala sesuatu diciptakan dan dikuasai oleh Allah Ta’ala. Kesenangan atau kelapangan sebesar apapun, hanya akan membangun kegelisahan sebesar itu pula, kalau kita tidak bersyukur. Kesedihan atau kepahitan hanya akan membuat perihnya berlarut-larut dan memukul kalau tidak segera mendekat kepada-Nya. Tanpa mengingat bahwa keduanya sama-sama ciptaan Allah, tidak akan ada kebaikan di sana, dan justru bisa menjadi bahaya bagi diri sendiri.
Ketika kita terlilit utang misalnya. Resahnya hati kita dan semakin gelisah oleh ancaman petugas yang menagih bisa saja menjadi tenang kalau dengan kesulitan itu kita tersungkur bersimbah air mata, bertobat. Dalam kesusahan kita mengiba kepada Allah dan menggunakan kepahitan itu untuk mendekat kepada-Nya. Dengan demikian, walaupun kita diancam, Allah yang akan menjaga kita.
Jadi saudaraku, apabila sedang dilanda kepahitan hidup, kita jangan berburuk sangka terhadap Allah. Begitu pula ketika sedang diberi kesenangan, kita pun jangan lupa daratan. Teruslah mengingat bahwa Allah Yang Maha Menciptakan dan Maha Menguasai seluruh ciptaan sehingga kesusahan dan kesenangan itu bisa membawa kebaikan dalam hidup yang singkat ini.
“Yakinlah, ujian yang Allah berikan PASTI sesuai dengan kemampuan kita untuk menghadapinya. Maka, taat dan berhusnudzan saja kepada-Nya. Tidaklah Dia menciptakan kesulitan hidup, kecuali agar kita semakin baik.”**
KH. Abdullah Gymnastiar