Apakah Musibah Saat Ini?
TRANSINDONESIA.CO – Apakah banjir yang melumatkan Ibukota Jakarta di awal tahun 2020, ataukah wabah virus corona yang menjadi pendemi global yang kemunculannya diakhir tahun 2019?
Ternyata, Rasulullah Muhammad SAW, musibah yang tak tergantikan adalah meninggalnya ulama. Jikalau pejabat sampai presiden atau pemimpin politik meninggal dunia penggantinya sudah disiapkan. Jikalau dokter meninggal dunia dibutuhkan puluhan tahun untuk menggantikan sesuai pendidikan kompetensi dokter. Tetapi jika ulama penyuluh umat yang kharismatik berpulang, sangat sulit mencari penggantinya.
Setidaknya Ada 3 ulama tokoh kharismatik yang meninggal diawal tahun 2020 ini diantaranya;
1. KH. Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, M.Ag
Tokoh nasional, pegiat dakwah yang ceramah dan tulisannya selalu dinanti umat. Beliau pernah menjabat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Wakil Ketua Umum MUI Pusat periode tahun 2015—2020. Beliau rujukan para pegiat dakwah dan dekat dengan para aktivis muda. Wafat pada 2 Januari 2020.
2. KH. Solahudin Wahid
Tokoh nasional dan pengasuh pondok pesantren Tebu Ireng. Aktivis kemanusiaan yang sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya, rujukan para ulama-ulama Nahdlatul Ulama (NU) bahkan sering dijuluki NU garis lurus. Beliau wafat 2 Februari 2020
3. KH. Dr Ahzami Sami’un Lc, MA
Beliau meninggal Ahad tanggal 5 April 2020. KH Ahzami Sami’un Jazuli, seorang ulama yang sangat akrab di kalangan aktifis dakwah dan guru guru Sekolah Islam Terpadu. Beliau merupakan pendiri pesantren Yapidh, yang terletak di Jatiasih, Bekasi. Jamaah beliau tersebar di seluruh penjuru tanah air.
Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’)
Sabda Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Sallam :
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“[HR. Bukhari]
Ulama yang menjadi penyuluh ummat, satu persatu pergi meninggalkan kita.
Sugeng tindak Ustadz…
Sugeng tindak Kyai…
Sugeng tindak Murabbi… [Aris Yulianto]