Sambut Raja dan Ratu Belanda, Pemprov Sumut Gelar Seminar ‘Sustainable Tourism and Water Quality in Lake Toba’
TRANSINDONESIA.CO – Pencemaran lingkungan menjadi salah satu masalah yang harus segera dituntaskan dalam program pariwisata berkelanjutan, diperlukan keterlibatan semua pihak untuk ditangani bersama-sama.
Hal tersebut salah satu yang mencuat dalam Seminar Internasional Pariwisata Berkelanjutan dan Kualitas Air Danau Toba yang dimoderatori Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumatera Utara (Sumut) R Sabrina di Aula Kampus Institut Teknologi (IT) Del, Laguboti Tobasa (Toba), Kamis (12/3/2020).
Seminar ini juga dalam rangka menyambut kunjungan Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti yang berkunjung ke sejumlah tempat di Sumut khususnya kawasan Danau Toba termasuk kampus IT Del.
Seminar internasional bertajuk ‘Sustainable Tourism and Water Quality in Lake Toba’ mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk ikut berpartisipasi menjadikan Danau Toba dan kawasan sekitarnya sebagai sumber kehidupan masyarakat dari segala aspek dan potensinya.
Sabrina menyebutkan bahwa masalah utama yang juga mengemuka di diskusi itu adalah program pariwisata berkelanjutan yang difokuskan kepada kualitas air danau. Sebab berbagai sumber pencemaran seperti limbah domestik, perikanan dan pertanian belum diatasi secara menyeluruh sekaligus terintegrasi.
“Banyak sekali sumber pencemaran yang perlu diperhatikan dan ditangani. Jadi bukan dari satu sektor saja, misalnya pertanian, lingkungan hidup, pariwisata dan sektor lain. Untuk itu perlu melibatkan semua sektor untuk bersama-sama mengelola ini,” jelas Sabrina.
Selain itu, Sabrina juga menekankan bahwa selama ini keterlibatan pihak swasta, baik kelompok masyarakat, para penggiat lingkungan hingga lembaga swadaya masyarakat (LSM) sudah ada sejak lama. Perannya secara tidak langsung membantu program pemerintah. Hanya saja, upaya yang dilakukan belum terkoordinasi maksimal.
“Kita dorong semuanya terintegrasi, bahasa sederhananya gotong royong. Jangan lagi upaya itu seperti ‘kamu di sana aku di sini’, masing-masing mengerjakan, tetapi tidak selaras. Kan lebih baik kita saling rangkul untuk bisa maksimal. Kalau itu bisa dilakukan, tentu program (untuk Danau Toba) ini lebih maksimal,” jelas Sekda.
Sementara Asisten Deputi Pendayagunaan Iptek Maritim Kemenko Maritim dan Investasi Neni Hendiarti sebelum membuka seminar menyebutkan keterlibatan perguruan tinggi dalam hal masukan untuk konsep pengelolaan kawasan wisata sangat diperlukan, termasuk juga dalam menghasilkan generasi terdidik di kawasan Danau Toba.
“Ada dua topik yang dibahas, pertama pariwisata berkelanjutan dan kualitas air. Sebab potensi Danau Toba luar biasa, Anugerah Tuhan yang harus kita jaga dan pertahankan, terutama kualitas airnya. Sebagaimana kita tahu, Danau di Indonesia ini multi fungsi. Selain memenuhi kebutuhan air, juga untuk irigasi, perikanan, pembangkit listrik dan seperti di sini untuk pariwisata,” jelas Neni.
Adapun penekanan dalam hal pengelolaan kawasan Danau Toba, Neni mengedepankan keterlibatan sekaligus manfaatnya bagi masyarakat. Karena itu, perlu memperhatikan kepentingan orang banyak, tetapi juga tidak menafikan perlunya peningkatan perekonomian rakyat.
“Memang semua tempat, situasinya adalah belum terkelolanya sampah dengan baik. Kita harapkan di Danau Toba ini bisa kita kelola bersama, khususnya soal sampah plastik. Bagaimana sampah ini bernilai ekonomi dengan melibatkan masyarakat (dalam pengolahannya),” pungkasnya yang juga memuji Kampus IT Del yang asri, bersih dan tertata rapi.
Hadir dalam seminar tersebut, Rektor IT Del Prof Togar M Simatupang, Konsul Kehormatan Belanda Oni Indra Kusuma, sejumlah perwakilan Universitas dari Belanda, pelaku UKM, petani, serta pemateri dari Jakarta. [sur]