Dua Perempuan Somalia Menangkan Kursi Dewan di Amerika

TRANSINDONESIA.CO – Dua perempuan Amerika keturunan Somalia memenangkan kursi di dewan kota Minnesota dan Maine, negara bagian Amerika yang punya komunitas yang cukup besar diaspora asal Afrika.

Para pemilih belum lama ini memilih Nadia Mohamed untuk menduduki jabatan sebagai wakil keliling di St. Louis Park, pinggiran barat Minneapolis, di Minnesota. Mereka juga memilih Safiya Khalid untuk mewakili lingkungan di Lewiston, di negara bagian Maine di timur laut Amerika.

Keduanya mencalonkan diri sebagai Demokrat dan akan menjadi imigran Somalia pertama di dewan masing-masing. Keduanya berusia 23 tahun dan berkulit hitam, perempuan Muslim berjilbab.

Kemenangan mereka tidak hanya “mewakili kesuksesan untuk Somalia dan Muslim, tetapi juga kesuksesan besar untuk nilai-nilai Amerika berdasarkan keanekaragaman budaya dan rasa hormat terhadap perempuan,” kata Hashi Shafi. Hasbi memimpin Somali Action Alliance, organisasi nirlaba berkantor di Minneapolis yang mempromosikan keterlibatan dan kepemimpinan sipil.

Minnesota adalah tempat bagi masyarakat Somalia terbesar di Amerika. Tahun 2018, para pemilih di sana memilih Ilhan Omar untuk duduk di kursi DPR Amerika, setelah dia bertugas dua tahun di DPRD negara bagian. Ia adalah orang Amerika keturunan Somalia pertama dan salah satu wanita Muslim pertama yang bertugas di Kongres AS.

Seperti Omar, Khalid masih kecil ketika ia datang ke Amerika. Dia berusia 7 tahun ketika keluarganya pindah dari sebuah kamp pengungsi di Kenya ke negara bagian New Jersey di pantai Timur AS sebelum menetap di Maine.

Khalid mengatakan, komentar negatif tentang Islam oleh Presiden Donald Trump dan mantan gubernur Maine, Paul LePage, mendorongnya untuk mencari kantor di Lewiston.

Sebagai seorang kandidat, Khalid mengalami “pelecehan keji” lewat internet yang mengatakan bahwa ia “tidak punya tempat dalam pemerintah AS dan mengatakan saya harus kembali ke tempat asal saya,” katanya kepada VOA.

Kemudian dia menonaktifkan halaman Facebook-nya untuk beberapa waktu.

Tetapi dia berkampanye dari rumah ke rumah, mengetuk pintu “lebih dari 2.000 rumah, meminta orang-orang dari berbagai latar belakang, kulit hitam, putih, Asia dan berbagai agama -untuk mendukungnya dengan suara mereka.” Dia memenangkan hampir 70% suara.

Di St. Louis Park, Minnesota, Mohamed mendapat lebih dari 63% suara. Dia juga datang ke Amerika sebagai pengungsi karena keluarganya melarikan diri dari perang saudara di Somalia. Dia bertugas di komite penasihat multikultural departemen kepolisian kota selama tiga tahun, membantu menghubungkan masyarakat.

Sebagai seorang kandidat, dia mengatakan menjadi wanita muda Muslim “akan membawa perspektif baru bagi kepemimpinan kota kami. Saya mempunyai pengalaman hidup yang unik dan hasrat untuk memperbaiki kota dan penduduknya. Saya juga tahu pentingnya membangun ruang di mana orang merasa aman dan diterima. [ps/ii]

Sumber : VOAIndonesia

Share