Atasi Banjir, Jakarta Harus Perbanyak Hutan Kota

TRANSINDONESIA.CO – Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Selasa malam (31/12/2019), yang tidak berhenti mengakibatkan banjir yang sampai saat ini, kamis (2/1/2020), belum surut juga. Intensitas hujan yang mengguyur Jakarta tiga hari ini memang cukup tinggi, di tambah dengan kiriman air dari Bogor.

Banjir ini melanda hampir seluruh daerah di DKI Jakarta hingga 41 titik di wilayah kota Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat di Jakarta Barat terdapat 7 titik banjir, Jakarta Pusat terdapat 1 titik banjir, Jakarta Selatan terdapat 22 titik banjir, Jakarta Utara terdapat 2 titik banjir, dan di Jakarta Timur terdapat 11 Titik Banjir. air menggenang hingga sepinggang orang dewasa atau sekitar 1 meter. Kawasan-kawasan yang terkena banjir ini memang sudah menjadi langganan banjir, juga sudah memasuki musim hujan tiba.

Direktur Eksekutif Komunitas Pemuda Jakarta Peduli Lingkungan (KPJPL), Amri Zikri menanggapi musibah banjir yang tiap musim penghujan menjadi permasalahan harus bisa di atasi dengan memperbanyak hutan kota dan taman kota untuk menjadi daerah serapan air.

“Hutan kota sendiri banyak manfaatnya, bukan hanya sekedar untuk pencegahan terhadap banjir, dengan membuka hutan kota bisa dijadikan tempat kepentingan konservasi hayati, dan juga mengurangi polusi udara,” kata Amri dalam keterangan persnya diterima Transindonesia.co, Ahad (5/1/2020).

Salah satu konsep yang tepat untuk mengurangi banjir adalah penataan hutan kota dengan konsep water catchment area, yaitu dengan membuat level permukaan tanah RTH hutan kota lebih rendah (antara 20 cm hingga 30cm) dari lingkungan sekitar (pemukiman dan jalan) dapat membantu mengurangi potensi air meggenang (di pemukiman dan jalan), karena posisi RTH lebih rendah. Volume air yang dapat ditampung sementara olehnya lumayan besar, sebagai ilustrasi untuk luasan RTH hutan kota minimal 2500 m² dengan kedalaman 20 cm dapat menampung 500 m³ air.

“Konsep water catchment merupakan konsep yang bisa di terapkan di Hutan kota dengan tujuan mengatasi banjir dengan pengangulangan air hujan di daerah perkotaan, agar di daerah perkotaan tetap memiliki daerah penyerapan air untuk memperbaiki aliran air permukaan karena memilik tempat tampung dengan daerah resapan karena sebenarnya kalau seluruh permukaan tanah di DKI itu berupa tanah terbuka, tidak akan ada genangan. Karena curah hujan harian rata-rata hanya 100 mm (setinggi 10 cm). Di DKI Jakarta sendiri hanya memiliki lebih kurang 20% lahan terbuka selebihnya sudah menjadi lahan tertutup,” ujar Amri.

Hutan kota juga bisa di bentuk menjadi hutan kota aktif, yang bisa di manfaatkan sarana dan prasarananya untuk masyarakat. Dengan begitu hutan kota juga bisa menjadi sangat bermanfaat bukan hanya untuk lingkungan tapi bisa digunakan langsung oleh masyarakat.

“Pemerintah DKI Jakarta dalam hal ini Bapak Gubernur Anies Baswedan harus bisa menghadirkan lebih banyak lagi hutan kota di Jakarta untuk melakukan keseimbangan lingkungan dan untuk mengatasi permasalahan banjir dan polusi udara karena sedikit sekali adanya ruang terbuka sebagai tempat penyerapan air. Dinas Kehutanan DKI Jakarta dalam hal ini harus lebih gencar menghadirkan RTH,” tutup Amri.[KLA]

Share