Hoegeng Figur Polisi Dekat dan Dipercaya Masyarakat

TRANSINDONESIA.CO – Polisi ibarat sandal atau sepatu, semahal apapun tidak akan ditaruh di kepala. Ia tetap saja ditaruh di kaki dan dijadikan alas. Pada saat pesta, bekerja atau bepergian atau dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan apabila kita tidak memakai sepatu akan terlihat aneh atau mungkin juga bisa dibilang tidak normal.

Suatu negara yang modern, mereka untuk menjaga keteraturan sosialnya membangun kepolisian. Akan aneh jika suatu negara bila tanpa polisi.

Polisi ini memang menjadi bagian dari masyarakatnya dan produk dari masyarakatnya. Yang dalam penyelenggaraan pemolisiannya ada hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Keberadaan polisi memang harus dekat dengan masyarakatnya. Kedekatan ini yang setidaknya harus dibangun secara sistematis, bukan sebatas kemampuan individual yang sifatnya parsial atau temporer.

Mengapa demikian karena polisi untuk mencapai tujuannya dan berhasil menyelenggarakan tugasnya perlu dukungan dan bantuan dari masyarakat yang dilayaninya. Dan tentu mendapat legitimasi dari masyarakatnya.

Polisi yang tidak dekat dan tidak dipercaya oleh masyarakatnya akan mengalami berbagai kesulitan dalam penyelenggaraan tugasnya. Selalu akan dicurigai, dihujat, didemo, jadi bahan cibiran dan olok-olokan dan tidak mendapat legitimasi.

Kedekatan dan kepercayaan masyarakat kepada polisi merupakan produk kinerja. Apabila kinerja polisi yang dapat dirasakan secara signifikan oleh masyarakat, maka masyarakat akan memberi respon dan merasa perlu polisi. Image atau citra memang sulit diubah apabila sudah mendapat label buruk. Label buruk ini dapat saja menjadi kebencian apabila tidak ada solusi-solusi atau jalur-jalur komunikasi dan pemecahan masalah.

Figur seorang polisi yang ideal sebagai raw model memang harus di bangun. Model itu dapat dilihat dari sosok Hoegeng Iman Santoso. Ia seorang polisi yang bersahaja, yang patut diteladani. Sikapnya, gaya kepemimpinannya, keberaniannya, kecintaan dan kebanggaannya akan pekerjaannya sebagai polisi. Tidak mudah menjadi polisi dalam negara yang sedang menghadapi krisis. Sulit juga menjadi polisi yang ideal dalam ketidaknormalan.

Idealisme Hoegeng sebagai polisi ia tunjukan kedekatannya kepada masyarakat. Ia menjadi penyiar radio Elshinta, bermain musik di Hawaian Seniors, ia hadiri berbagai acara kemasyarakatan, bahkan saat ada konflik antara Taruna Akpol dengan mahasiswa ITB, Hoegeng sendiri turun tangan menyelesaikan. Betapa ia menyadari apa arti polisi tanpa dukungan masyarakat. Polisi adalah produk masyarakatnya dan para polisi berasal dari masyarakatnya dan akan kembali kepada masyarakat pula. Dadi polisi anane mung winates , dadi kawulo tanpo winates.

Kedekatan saat ini bisa dibangun dengan sistem teknologi informasi seperti: email, website, blog, facebook, twitter, jaringan sms, telp 110 juga sistem-sistem jejaring dan backup yang terpadu satu dengan yang lainnya.

Namun ada yang dikedepankan sebagai hubungan komunikasi secara langsung dari hati ke hati yang memang masih diperlukan. Melalui polmas setidaknya jaringan komunikasi akan terus dapat dibangun. Bisa juga melalui forum kemitraan polisi masyarakat.

Polisi akan menjadi dekat apabila cepat merespon dan cepat bertindak bila ada laporan atau keluhan masyarakat. Dan polisi akan menjadi simbol persahabatan bila keberadaan polisi aman, menyenangkan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Semua itu merupakan masalah yang kompleks namun simpel dalam implementasi dan komprehensif dalam sistem-sistem yang dibangun (integrated and sustainable). Karena sistem yang modern dan terpadu maka akan mudah implementasinya. Jangan dibalik sistemnya terlalu sederhana dan seadanya mengakibatkan sulit implementasinya.

Figur atau sosok pemimpin polisi seperti Hoegeng Iman Santoso masih relevan di ditumbuh kembangkan dalam membangun kedekatan antara polisi dengan masyarakat dan membangun kepercayaan mayarakat.

[Chryshnanda DL]

Share