Banjir Sulawesi, Bayi Berusia 4 Hari Meninggal Dunia
TRANSINDONESIA.CO – Arus aliran air masih deras sehingga penggunaan sampan mesin tidak dapat menjangkau wilayah terisolir. Selain itu, minim peralatan untuk membantu evakuasi dan penyelamatan di lapangan. Sementara itu, masih di Provinsi Sulawesi Tenggara, beberapa wilayah terdampak di Kabupaten Konawe.
Banjir yang juga dipicu oleh curah hujan tinggi mengakibatkan 36 jiwa mengungsi dan 240 terdampak. Bupati setempat telah menetapkan status tanggap darurat terhitung 5 Juni hingga 11 Juni 2019. BPBD Kabupaten Konawe telah melakukan upaya penanganan darurat dan pendataan lapangan.
“BPBD melaporkan 1 orang meninggal, yaitu bayi berusia 4 hari, pada kejadian ini. Namun demikian, BNPB masih membutuhkan klarifikasi lebih lanjut penyebab kematian bayi tersebut,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam pesan tertulisnya ke redaksi Transindonesia.co, Senin (10/6/219).
Untuk mempercepat pengiriman bantuan logistik BNPN mengirimkan bantuan logistik menggggunakan pesawat cargo. BNPB mengirim bantuan langsung ke Kendari logistik seberat 1.086 kg senilai Rp 218 juta. BNPB juga mengaktivasi klaster logistik sehingga mengirimkan bantuan dari Kemensos dan PMI bantuan berupa family fit 200 kg, hygiene kit 200 kg
Baby kit 200 kg, selimut 400 lembar jas hujan 100 lembar, rompi 100 unit dan matras 100 lembar.
Untuk distributsi ke titik pengungsi dilakukan dengan bantua helikopter BNPB. Sedangkan banjir di Sulawesi Selatan, korban jiwa berdampak pada 1.452 KK, Kelurahan Tanru Tedong 1.002 KK dan Desa Salobukkang 450 KK. Sejumlah 200 unit rumah terendam. Total lahan sawah rusak di 15 desa mencapai 3.676 ha. Kerusakan infrastruktur mencakup bangunan sekolah, tanggul, jalan dan jembatan.
Bencana banjir lainnya di Sulawesi Tengah, BPBD Kabuapten Morowali telah melakukan upaya penanganan darurat. Banjir menyebabkan 561 KK di Desa Lele (263 KK) dan Dampala (298 KK) mengungsi. Pascabanjir, kerusakan materiil teridentifikasi sebagai berikut rumah rusak berat 7 unit, rumah terendam 45 unit, dan jembatan putus 1 unit.
Kepala BNPB, Doni Monardo, mengatakan kepada seluruh jajaran penanggulangan bencana, “Meski dalam suasana lebaran kita langsung turun ke lapangan membantu masyarakat yang terkena bencana. Kita semua paham bangimana menderitanya mereka, disaat saudara kita bersuka cita merayakan lebaran. Tapi ada sebagian yang menderita karena ada anggota keluarga yang meninggal dunia, luka-luka, hurahnya hanut, rusak berat dan lainnya. Kita dengan semangat gotong royong dan kemanusiaan turun ke lapangan membantu mereka. Kita semua adalah pejuang kemanusisaan kemanusiaan yang sangat mulia. Kita selalu tunjukkan negara selalu hadir di tengh masyarakat. Saya juga telah memerintakan kepada semua jajaran BNPB dan BPBD untuk selalu turun ke lapangan menangani bencana,” kata Doni Monardo
Intensitas hujan tinggi yang menyebakan banjir ini telah diprediksikan karena fenomena aktivitas gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang memasuki wilayah Samudera Hindia. BMKG memprakirakan 1 – 5 Juni 2019 potensi hujan lebat di beberapa wilayah, antara lain di wilayah Sulawesi.
BMKG juga telah menginformasikan terkait potensi curah hujan tinggi hingga 5 hari ke depan, 11 – 15 Juni 2019. Wilayah-wilayah dengan potensi hujan lebat pada periode tersebut antara lain Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Merespon bencana yang terjadi di beberapa wilayah tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan pemantauan dan pengiriman tim reaksi cepat ke lapangan. Bantuan dana siap pakai juga telah diberikan kepada pemerintah daerah. BNPB mengimbau BPBD untuk selalu siaga dalam menghadapi fenomena cuaca tersebut.[VLY]