KFC Peduli Lingkungan Ajak Masyarakat Tolak Pakai Sedotan Plastik 

Gerakan ini kemudian meluas hingga ke wilayah Jabodetabek hingga kemudian ditetapkan sebagai gerakan nasional untuk KFC Indonesia

General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia Hendra Yuniarto peduli lingkungan ajak gerakan tanpa sedotan.[DON]
TRANSINDONESIA.CO | MEDAN – Menjadi penyumbang terbesar diperingkat ke lima sampah sedotan plastik, restauran siap saji KFC Indonesia mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan dengan menolak menggunakan sedotan plastik.

General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia, Hendra Yuniarto, mengatakan, gerakan kepedulian lingkungan ini merupakan kampanye gerakan tanpa sedotan plastik dengan #Nostrawmovement yang digagas oleh restoran cepat saji KFC Indonesia.

“Kampanye tanpa sedotan plastik ini pada awalnya digagas pada beberapa gerai di Jakarta tahun 2017 lalu. Gerakan ini kemudian meluas hingga ke wilayah Jabodetabek hingga kemudian ditetapkan sebagai gerakan nasional untuk KFC Indonesia. Dan Hasilnya cukup signifikan, pemakaian sedotan plastik pada gerai KFC menurun hingga 45 persen di setiap gerai,” katanya kepada wartawan di gerai KFC Jalan Mongonsidi Medan, Senin 5 Nopember 2018.

Hendra menjelaskan, kampanye ini menjadi salah satu bentuk kepedulian perusahaan mereka terhadap kelestarian lingkungan. Apalagi data menyebutkan, sedotan plastik menjadi penyumbang sampah plastik terbesar ke 5 di dunia. Karena itulah mereka menargetkan gerakan ini akan terus diperluas ke seluruh gerai KFC di Indonesia.

“Sampai akhir tahun 2018, KFC menargetkan penurunan penggunaan sedotan plastik hingga 54 persen pada 630 gerai di seluruh Indonesia. Kami berharap dapat menekan produksi sampah plastik dan gerakan ini berkontribusi untuk kelestarian lingkungan dan laut di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, perwakilan dari Divers Clean Action (DCA) Amrul Harusadi mengatakan, saat ini daur ulang sampah plastik sudah sangat gencar dilakukan oleh para pelaku daur ulang. Namun hal tersebut umumnya hanya dilakukan terhadap sampah plastik yang bernilai ekonomis tinggi. Sementara, sedotan masih sangat minim menjadi perhatian para pelaku daur ulang karena satuannya yang kecil sehingga dinilai sangat bernilai ekonomi rendah padahal disisi lain produksi sampahnya sangat tinggi.

“Data menyebutkan hampir setiap hari setiap orang menggunakan sedotan 1 sampai 2 kali. Perkiraan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93,2 juta sedotan yang berasal dari restoran, minuman kemasan dan lainnya,” sebutnya.

Sedotan plastik sendiri menurutnya menjadi bagian dari sampah yang sangat sulit untuk daur ulang secara alami. Meski ukurannya rata-rata hanya sepanjang 10 cm, namun proses daur ulangnya membutuhkan waktu hingga 500 tahun mengingat bahannya berasal dari polypropylene yang tahan lama dan tidak terdegradasi secara alami.

“Semakin lama menjadi butiran kecil yang disebut microplastik sangat berbahaya bagi ekosistem laut. Tentu fakta ini sangat mengkhawatirkan dan membuat kita harus bergerak membuat perubahan. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan sedotan plastik,” tuturnya.

Teks Foto: General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia, Hendra Yuniarto, (kanan) bersama perwakilan dari Divers Clean Action (DCA) Amrul Harusadi saat memaparkan gerakan #Nostrawmovement kepada wartawan di KFC Jalan Mongonsidi Medan, Senin 5 Nopember 2018.[DON]

Share
Leave a comment