Ratusan Desa Kekeringan Peroleh Dropping Air di Jatim

Dari 422 desa potensi kekeringan di Jatim, 199 desa di antaranya berpotensi kering kritis, tidak ada potensi air sama sekali

Warga mulai kesulitan air bersih menerima air dari penamapungan.[IST]
TRANSINDONESIA.CO | SURABAYA – Kepala Seksi Kedaruratan di Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jawa Timur (Jatim) Satriyo Nurseno memaparkan, berdasarkan data pada 2017, terdapat 422 desa di 23 kabupaten potensi kekeringan di Jawa Timur. Berdasarkan data tersebut, 199 desa di antaranya berpotensi kering kritis, sementara sisanya kering tapi masih ada potensi air.

“Jadi dari 422 desa potensi kekeringan di Jatim, 199 desa di antaranya berpotensi kering kritis, tidak ada potensi air sama sekali. Sementara sisanya itu kering tapi masih ada potensi air walaupun debitnya sudah menurun,” kata Satriyo saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (8/8).

Satriyo mengungkapkan, saat ini dari 23 kabupaten, 21 di antaranya sudah menyatakan kekeringan. Ke-21 kabutaen yang dimaksud di antaranya empat kabupaten di Pulau Madura, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Lumajang, Pasuruan. Juga di Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Lamongan, Gresik, Tuban, dan Bojonegoro.

“Jadi kita sudah mulai untuk dropping air. Tapi tidak semua kita dropping, jadi hanya membantu pemerintah di kabupaten/kota saja,” ujar Satriyo.

Satriyo mengungkapkan, dari semua kabupaten/kota yang sudah menyatakan kekeringan, tidak sepenuhnya mengajukan bantuan ke BPBD Jatim. Artinya ada juga beberapa kabupaten/kota yang tidak mengajukan karena sudah memiliki dana reguler untuk menangani masalah kekeringan tersebut.

Bagi kabupaten/kota yang mengajukan bantuan pun, lanjut Satriyo, BPBD hanya menyalurkan bantuan sesuai tupoksinya, yakni untuk memenuhi kebutuhan dasar saja. “Jadi hanya dropping air saja untuk kebutuhan dasar seperti minum dan sebagainya. Kemudian sarana prasarananya hanya menyediakan tandon sama jerigen,” ujar Satriyo.

Satriyo kemudian mengimbau warga untuk segera melapor ke pihak terkait seperti desa dan kecamatan jika di daerahnya mengalami kekeringan. Laporan tersebut nantinya akan diteruskan ke BPBD di kabupaten/kota untuk kemudian selanjutnya menyalurkan bantuan air ke wilayah setempat.

“Nanti kita mencoba memberikan bantuan walaupun tidak sepenuhnya kita penuhi tapi paling tidak bisa meringankan sedikit. Enggak usah terlalu panik karena pemerintah daerah juga sudah memberikan perhatian untuk membantu warganya,” kata Satriyo.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo menegaskan di Jawa Timur ada 422 desa yang berpotensi kekeringan. Menurutnya dari kesemuanya itu, 199 desa berpotensi kering kritis. Namun, yang sangat kritis menurutnya ada 102 desa.

“Jadi yang kering betul itu jumlahnya ada 102 dari 422 desa potensi kekeringan di Jatim. Karena air di situ enggak ada. Pohon saja enggak ada hijaunya,” kata pria yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut.

Pakde Karwo mengaku berencana melakukan berbagai upaya dalam mengatasi masalah kekeringan tersebut, terutama di 102 desa yang kritis tadi. Salah satu langkah yang akan diambil adalah dengan membuat saluran air, yang pengerjaannya ditargetkan dimulai pada tahun ini. “Kita buatkan saluran air tahun ini,” ujar Soekarwo.

Soekarwo mengungkapkan, upaya yang dilakukan pemerintah Jatim dalam mengatasi masalah kekeringan saat ini dengan menyalurkan bantuan air langsung ke desa-desa yang mengalami kekeringan. Air tersebut diangkut dari kota-kota yang masih banyak terdapat air menggunakan truk dan didistribusikan secara langsung.[]

Share