Hari Anak, Genius dan Corrupting of the Child?

Anak karunia Tuhan. Anak bukan orang dewasa dalam ukuran mini. Anak tak hanya punya mulut dan perut. Ada raga, jiwa, dan ruh. Ruh ditiupkan Tuhan

Hari Anak Nasional 2018

TRANSINDONESIA.CO – Patik menulis paragraf ini jelang ebang magrib. Inspirasi melejit. Saat tepat doa diangkat. Saya teringat, besok Hari Anak Nasional (HAN):  23 Juli 2018. Konon temanya ikhwal anak genius.

Wah.., terpampang megah di baliho kota waktu patik lewat tol dekat Ancol tadi siang.

Membaca itu saya sedih. Teringat dulu turut debat basis filosofis dan konsideransi songsong UU 23/2002. Semua sepakat: Anak karunia Tuhan. Anak bukan orang dewasa dalam ukuran mini. Anak tak hanya punya mulut dan perut. Ada raga, jiwa, dan ruh. Ruh ditiupkan Tuhan.

Sejak janjinya pada Tuhanya, anak tak hanya ada karena “kepala”-nya saja. Ada hati. Ada heart. Powernya lebih digjaya.

Yuk melawat sejarah sebelum masehi (SM). Dulu… dulu sekali,  Socrates diadili court of Heliast (399 SM). Dengan tuduhan corrupting of youth (CoY).

Ini secarik kisahnya:  Socrates. Lelaki rambut keriting berombak itu ajarkan filsafat. Acap menantang menuhankan dewa. Dia dituduh meracuni pikiran orang muda. Socrates diadili 501 warga Athena. Divonis salah. Titah minum cawan beracun.Tiada ampun. Socrates mati kontan. Plato menuliskan bak kampiun.

Akankah kucilkan anak dari power of heart itu idemditto CoY juga? Kalau Socrates masih ada, patik hendak tanyakan magnum opusnya. Mas Sorcates, apakah anak hanya terdiri kepala? Hanya genius yang dipuja?  Tiada jawab.

Saya hanya bisa mengakses pencerahan Dr.Muhammad Iqbal Irham (Miqir) yang latihkan dzikir jantung. Dzikir tanpa suara. Power quite.  Atau tanya-tanya sama R.Bambang Sentanu penulis ‘Karakter 360*’ dan ‘Quantum Ikhlas’.

Dua sosok Beyond “Socrates” itu mengajarkan saya. Manusia tak hanya anasir rasio belaka. Ada rahasia tenaga heart.

Kalau terimbas adiksi nikotin rokok, sudah pasti corrupting of the child. Sudah pasti merusak jantung. Padahal perkakas yang satu itu sentral hidup. Merusaknya melawan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Yang Menguasai Hidup yang menciptanya. Menduakannya secara relatif saja, masuk kategori ciderai Tauhid. Melawan DIA? Astagfirullah, itu idemditto syirik.

Patik amat yakin. Anak genius tak hanya akal saja. Genius hati dan perangainya. Jangan usik. Jangan ciderai genius akal dan hatinya . Walau dengan asap rokok. Walau iklan buruk adiksi rokok.

Jangan aniaya badannya. Jangan aniaya heart-nya. Jangan aniaya iman Tauhidnya. Meminjam Kahlil Gibran, mereka putra putri kehidupan. Jangan korupsi kehidupan anak. Tabik.[Muhammad Joni]

Share