TRANSINDONESIA.CO, JAKARTA – Densus 88 dan Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), tembak mati 2 orang diduga terkait dengan penembakan anggota Polres Bima pada September 2017. Selain menewskan dua orang, Densus 88 juga mengamankan 5 orang dalam penangkapan yang dilakukan pada 30 – 31 Oktober 2017, di daerah Ambalawi, Kabupaten Bima, NTB.
Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Rikwanto, mengatakan ketujuh pelaku itu adalah, Muhammad Ikbal Tanjung. “Keterlibatannya sebagai eksekutor penembakan Bripka Zaenal,” kata Rikwanto di Mabes Polri, Rabu 1 Nopember 2017.
Pelaku Abdul Hamid alias Dami, memili berperan bantuan logistik kepada para pelaku yang dalam pelarian karena terkait dengan penembakan anggota Polres Bima.

Yaser Bin Thamrin ikut dalam pelatihan fisik yang dilakukan pada internal JAD Bima, Arkan terlibat ikut dalam pelatihan fisik yang dilakukan pada internal JAD Bima,
Sedangkan dua orang yang tewas adalah Amir alias Dance, merupakan eksekutor penembakan Bripka Abdul Ghofur, dengan dibonceng oleh Imam Munandar alias Nandar. “Dia tewas dalam baku tembak dengan petugas,” katanya.
Sedangkan Yaman yang membonceng Iqbal pada saat melakukam eksekusi penembakan terhadap Bripka Zaenal. “Dia juga tewas dalam baku tembak dengan petugas,” ujar Rikwanto.
Dari hasil interogasi sementara, Muhammad Iqbal mengaku terlibat dalam kasus penembakan anggota Polri di Kota Bima pada tanggal 11 September 2017. Ia sendiri berperan sebagai eksekutor dengan target anggota Polri atas nama Bripka Zaenal dengan TKP di depan SMKN 2 Kota Bima.
Iqbal juga mengaku, dia di bonceng oleh saudara Rahmat alias Yaman (MD) dengan menggunakan SPM Yamaha Jupiter miliknya, kemudian untuk TKP di depan SMPN 8 Kota Bima yang menjadi eksekutor adalah Amir alias Danvce alias One dan yang membonceng adalah Imam Munandar dengan menggunakan motor Yamaha Vega milik Nandar. Kemudian setelah kejadian mereka berempat melarikan diri ke arah Ambalawi dan bersembunyi di gunung di (Ambalawi).
Iqbal menjelaskan bahwa Imam Munandar masih memegang satu pucuk senpi rakitan, dengan amunisi 3 butir kaliber 5,56 mm.
“Selama bersembunyi mendapat bantuan logistik dari saudara Jasman dan Yoga berupa mie instan dan biskuit, kemudian disalurkan melalui orang tuanya yang bernama Dami alias Demo. Untuk mengantarkan logistik tersebut ke tempat persembunyian,” jelas Rikwanto.
Sementara keterangab Abdul Hamid, Dami pada sekitar bulan Oktober 2017 sempat mengantarkan berupa mie instan berjumlah 10 bungkus (disimpan pada pondoknya), beras seberat 5 kg (disimpan di kebunnya) dan memberikan sebuah terpal (disimpan pada pondoknya).[SAF]