Peru Dilanda Banjir, Tahanan Kabur
TRANSINDONESIA.CO – Peru mengalami bencana banjir dan tanah longsor terburuk sejak dua dekade. Bencana terjadi hampir di setengah wilayah negara dan korban tewas telah mencapai 72 orang.
Curah hujan tinggi yang diikuti dengan serangkaian badai, melanda sepanjang pantai utara Peru. Air menggenangi sejumlah rumah sakit dan mengisolasi beberapa desa kecil.
Badai yang disebabkan oleh pemanasan di permukaan air Samudera Pasifik diperkirakan akan terus berlanjut selama dua pekan. Pada Sabtu 18 Maret 2017, Perdana Menteri Fernando Zavala mengonfirmasi jumlah terbaru korban tewas akibat banjir sebanyak 72 jiwa.
Hujan membuat sistem drainase di kota-kota di sepanjang pantai Pasifik Peru, terhambat. Kota Lima juga mengalami kesulitan air bersih sejak awal pekan lalu.
Kementerian Kesehatan mulai mengasapi genangan air yang terbentuk di jalan-jalan untuk membunuh jentik nyamuk yang membawa penyakit seperti demam berdarah. Sementara Pemerintah Peru telah mengerahkan angkatan bersenjata untuk membantu polisi mengendalikan ketertiban umum di 811 kota yang telah dinyatakan dalam keadaan darurat.
“Harga lemon sudah naik, serta kentang dan minyak goreng,” kata Sara Arevalo, seorang ibu dari lima anak yang sedang berbelanja di sebuah pasar di Lima utara, dikutip ABC News. Pemerintah telah mengakui bahwa harga telah melonjak sekitar lima persen karena banjir.
Di wilayah Lambayeque, 22 tahanan di pusat penahanan remaja mengambil kesempatan dari bencana banjir untuk melarikan diri. Sedangkan di Kota Trujillo, hujan membanjiri pemakaman, sehingga aliran air membawa tulang belulang manusia ke jalan-jalan.[ROL]