Bertafakkur di Jumat Mubarok

TRANSINDONESIA.CO – Saudara-saudaraku yang saya cintai karena Allah… Saat setelah fajar datang setelah menunaikan shalat pasca melihat hasil Quick Count Pilkada DKI Jakarta, saya terpaku dengan nilai 41% pemilih Ahok. Bagaimana mungkin seorang yang mengaku muslim dalam jumlah yang besar masih memilih Ahok?

Ahok, seorang yang telah menistakan Al Quran, seorang yang telah menistakan Ulama, seorang yang telah menghacurkan suasana batin masyakat Indonesia yang berpuluh-puluh tahun hidup damai dalam Kebhinekaan.

Tapi kenapa masih banyak juga muslim yang ingin mengangkatnya sebagai pemimpin dan tidak mengindahkan perkataan Allah, perkataan Rasulullah dan perkataan Ulama dan orang-orang Shalih diantara mereka?

Kemudian saya flash back, apa sih yang kurang dari usaha para Da’i, Juru Dakwah, Ulama dan kaum muslimin yang peduli untuk menyadarkan mereka sebelum Pilkada ini?

“Siang dan malam tanpa lelah mereka berdakwah dengan semua sarana yang ada, segala resiko dari dakwah tersebut telah mereka terima. Dari mulai ancaman pembunuhan, kriminalisasi dan perlakuan fisik yang tidak menyenangkan telah diterima. Pengorbanan harta, waktu dan tenaga tak terkira, Doa dan ibadah-ibadah sunnah tambahan telah dilakukan”.

Seorang bocah turut dalam Aksi 112 di depan Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu 11 Februari 2017.[DOK]
Seorang bocah turut dalam Aksi 112 di depan Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu 11 Februari 2017.[DOK]
Lalu kenapa hasilnya masih belum sesuai harapan?

Saya coba cari jawabannya dengan merenungi dan bertafakkur dengan ayat-ayat Al Quran dan perjalanan hidup Nabi dan para Sahabat.

  1. Dalam Al Qur’an surah Yasin (36) ayat : 13 -17

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ

Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka.

إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ

(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang di utus kepadamu”.

قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَٰنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ

Mereka menjawab: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka”.

قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ

Mereka berkata: “Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu”.

وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.

Saya dapatkan penjelasannya seperti ini:

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan permisalan suatu negeri yang diutus dua orang utusan (rasul). Mereka berdakwah untuk mengajak manusia supaya bisa beribadah pada Allah semata dan mengikhlaskan ibadah pada-Nya. Mereka pun berdakwah untuk melarang dari kesyirikan dan maksiat.

Ada dua orang yang telah diutus, lalu diutus lagi rasul yang ketiga, jadilah ada tiga utusan. Tetap saja dakwah ditolak. Malah kaum yang didakwahi berkata, “Kami juga manusia semisal kalian.” Maksud mereka, apa yang membuat para rasul lebih unggul daripada mereka, padahal sama-sama rasul juga manusia. Namun para Rasul mengatakan pada umatnya,

قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ نَحْنُ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ

“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: “Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya” (QS. Ibrahim: 11)

Kaum tersebut intinya masih mengingkari wahyu yang diturunkan dan mereka pun mendustakan para rasul yang diutus. Namun rasul ketiga mengatakan, “Rabb kami Maha Tahu kalau kami adalah utusan untuk kalian.” Maksudnya, kalau para rasul itu berdusta tentu mereka akan mendapatkan siksa.

Tugas setiap utusan (rasul) hanyalah memberikan penjelasan yang segamblang-gamblangnya sesuai yang diperintahkan. Sedangkan untuk memberikan hukuman bukanlah tugas para rasul. Jika yang dijelaskan itu diterima, maka itu adalah taufik dari Allah. Jika tidak diterima dan yang didakwahi tetap dalam keadaan belum mendapat hidayah, maka rasul utusan tak bisa bertindak apa-apa”. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 734-735)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

يقولون إنما علينا أن نبلغكم ما أرسلنا به إليكم، فإذا أطعتم كانت لكم السعادة في الدنيا والآخرة، وإن لم تجيبوا فستعلمون غِبَّ ذلك ،والله أعلم.

“Utusan itu berkata, sesungguhnya kami hanyalah menyampaikan apa yang mesti disampaikan pada kalian. Jika kalian taat, maka kebahagiaan bagi kalian di dunia dan akhirat. Jika tidak mau mengikuti, kalian pun sudah tahu akibat jelek di balik itu semua. Wallahu a’lam”. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 333)

Pelajaran lain yang bisa diambil dari ayat di atas:

Baiknya memberikan perumpamaan ketika memberikan penjelasan. Dalam ayat yang dibahas dijelaskan bahwa kalau Nabi Muhammad ditolak dakwahnya, maka itu juga terjadi untuk rasul atau utusan yang lain.Orang kafir sama miripnya dilihat dari zaman dan tempat, sama-sama sulit menerima kebenaran.Orang kafir telah diberikan peringatan dan penjelasan. Jika menolak, mereka akan mendapatkan siksa. (Aysar At-Tafasir, hlm. 1068)

  1. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan manusia dan setiap mereka diilhamkan dengan dua jalan, yaitu apakah akan mengikuti jalan ketakwaan atau apakah akan mengikuti jalan keburukan. Pilihan jalan tsb ada pada setiap jiwa itu sendiri karena mereka telah dikaruniakan pendengaran, penglihatan dan akal untuk berfikir.

Firman Allah Ta’ala dalam As Syam ayat ke 8:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

  1. Berkaca kepada perjalanan hidup Rasulullah dan para sahabat maka kita temui sekalipun mulianya akhlaq Rasul tapi ternyata tidak cukup menarik semua orang untuk mengikutinya bahkan orang terdekat beliau sendiri sekalipun yaitu paman beliau Abu Thalib mati dalam keadaan menolak seruan Rasul. Ternyata mereka yg menentang seruan Rasul pun tidak tinggal diam. Memfitnah, menggembosi, meneror, mengadu domba bahkan sampai ingin membunuh Nabi. Padahal llmereka melihat Nabi, hadir di tengah-tengah mereka dan mereka menyaksikan ayat-ayat Al Quran diturunkan. Seorang Nabi dengan segala kemuliannya tidak cukup utk meyakinkan mereka menerima kebenaran.
  2. Dan terakhir, ternyata ada makhluk yang memang setiap saat dan setiap waktu telah mengikrarkan dirinya tidak ridho dan tidak terima apabila manusia menerima kebenaran dan hidup di jalan kebenaran. Makhluk ini telah mengikrarkan profesinya sebagai penyesat yg gigih bagi manusia.

Firman Allah Ta’ala dalam surah Al A’raf ayat 16 dan 17 :

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Perhatikan, betapa yakin dan optimisnya Iblis mendapatkan hasil dari profesinya tersebut.

Dan ternyata jalan masuknya salah satunya adalah sebagaimana dijelaskan di dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 14 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Dan juga firman Allah dalam Surat At Taubah ayat 24 :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Dan terakhir kepada saudara-saudaraku seperjuangan yg telah gigih menyampaikan dakwah ini saya sampaikan firman Allah dalam Surat Muhammad ayat: 31

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.

Adapun kalian yang menentang seruan kebenaran, menolak dan memusuhinya maka saya sampaikan kepada kalian perkataan Allah Ta’ala di dalam Surat As Sajdah ayat 30:

فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَانْتَظِرْ إِنَّهُمْ مُنْتَظِرُونَ

Maka berpalinglah kamu (wahai orang-orang beriman) dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka (juga) menunggu.

Masing-masing kita akan menunggu saat kita berhadapan dengan Allah Azza wa Jalla dan ditanya setiap pilihan hidup yang telah kita jalani. Silahkan persiapkan apa yang akan Anda katakan. Saya pun telah mempersiapkan apa yang akan saya katakan.

Demikian renungan Jumat pagi ini.

Wallahu a’lam…

Mohamad Abu Jafar

Share