HC Andersen Antara Dongeng dengan Kenyataan

TRANSINDONESIA.CO – Hans Christian Andersen penulis cerita dongeng anak-anak yang melegenda, karyanya seakan merefleksikan kehidupannya dalam dongeng, dan sebaliknya dongeng-dongengnya pun ada dalam kehidupan nyata.

Salah satu kisahnya tentang raja gila pakaian. Menggambarkan betapa mudahnya menghilangkan akal sehat dan nalar kemanusiaan dengan sesuatu yang akan menunjukkan dirinya sebagai orang bodoh.

Singkat cerita dari raja yang gila pakaian ini adalah raja yang sangat kaya dan kejam. Siapa saja yang menentangnya akan dibunuh olehnya. Kegemaranya bersolek berdandan menggunakan pakaian-pakaian mewah menunjukkan betapa kaya dan berkuasanya dia.

Pada suatu hari datanglah dua orang penjahit yang menawarkan diri sebagai ahli pakaian, bahkan mengatakan sebagai pakaian ajaib. Sang raja tepat sekali untuk mengenakannya, selain kaya juga berkuasa.

HC Andersen
HC Andersen

Sang raja tertarik dengan penawaran kedua penjahit tadi. Sang penjahit mengajukan persyaratan untuk mulai bekerja, di tempat yang jauh dari pemukiman agar tidak terganggu konsentrasi kerjanya.

Meminta bahan-bahan emas, permata dan kain-kain istimewa sebagai bahan dasarnya. Semua persyaratan dipenuhi oleh sang raja. Si penjahit ini memang bekerja sungguh-sungguh siang dan malam suara mesin tenun ini tiada henti.

Waktu sudah berselang satu bulan belum juga ada kabar. Sang raja mulai gelisah dan memerintahkan kepada penasihat raja sebagai orang paling bijaksana untuk mengecek apa yang dikerjakannya.

Sang penasihat ini melihat ada orang bekerja keras namun semua serba kosong tak melihat adanya kain atau potongan-potongan kain untuk baju kebesaran sang raja. Si penjahit menjelaskan pola, gambar, permata-permata namun si penasihat raja ini tetap tidak melihat apa-apa.

Tiba-tiba si penjahit mengatakan, “mohon maaf tuanku ini hanya bisa dilihat orang-orang yang bijaksana,baik hati dan suci hatinya, orang-orang bodoh, jahat tidak akan dapat melihat apa-apa, selembar benang pun tidak dapat dilihatnya.

Sang penasehat raja terhentak hati dan pikirannya, bahaya ini kalau kondisi saya ini diketahui sang raja tentu saya akan dibunuhnya. Akhirnya si penasihat rajapun mengiyakan apa yang dikatakan sipenjahit dan akan melaporkan kepada sang raja.

Sesampai di istana sang penasehat raja menceritakan apa yang dijelaskan si penjahit tentang keanggunan, keindahan, bahkan kewibawaan dari pakaian bagi sang raja. Sang raja sangat puas dan diperintahkan pegawai-pegawainya mengirim emas, dan harta benda berharga untuk si penjahit.

Sebulan berselang belum ada kabar tentang pakaian kebesaran sang raja. Sang raja kembali gelisah dan memerintahkan kepada sang perdana mentri.

Ternyata apa yang dialami sang perdana menteri sama seperti yang dialami penasihat raja. Karena takut dikatakan bodoh dan jahat sang perdana mentri pun melakukan hal yang sama seperti apa yang sang penasihat raja lakukan.

Sang raja berpuas hati mendengar laporan sang perdana menteri. Dan memerintahkan kepada punggawa-punggawanya memberi hadiah untuk sang penjahit. Sebulan berselang sang raja sudah tidak sabar lagi langsung mengecek sendiri ke tempat si penjahit bekerja.

Apa yang dialami oleh sang penasihat dan sang perdana menteri dirasakan sang raja. Wah bahaya ini bila rakyatku tahu kalau aku bodoh dan jahat, untuk menutupi kekhawatirannya, sang raja pun memuji-muji karya sang penjahit. Dan segera ingin memakainya dan diarak keliling kota untuk menunjukkan kebesaran dan kekauasaannya.

Para menteri, para prajurit, bahkan masyarakat yang turun ke jalan semua mengelu-elukan kehebatan pakaian sang raja. Mereka mengatakan puji-pujian karena takut dikatakan jahat dan bodoh. Tiba-tiba ada anak balita dalam gendongan ibunya dengan suara lembut mengatakan : ” mama…mama… raja kita sudah gila ya, ia telanjang keliling kota”.

Teriakan anak tadi menghentak dan menyadarkan semua yang ada. Apa mau dikata si penjahit. Sudah pergi jauh dengan membawa harta benda sebagai kekayaan berlimpah dari sang raja.

Dongeng di atas, menunjukkan betapa logika mudah sekali dihilangkan, hanya takut dikatakan bodoh dan jahat. Bodoh sebagai tanda tidak memiliki otak dan jahat sebagai tanda tidak memiliki hati (rasa kemanusiaan).

Apakah di era digital sekarang ini, cara-cara irasional seperti cerita di atas masih terjadi? Bisa saja iya, ikut berteriak memuji-muji sampai menghakimi, karena takut kehilangan jabatan, takut dikatakan kelompok-kelompok bodoh dan jahat.

Pemaksaan kehendak, ancaman dengan orang banyak, pemanfaatan primordial sebagai penghapusan otak dan hati nurani pun masih terus relevan.

Mungkin bisa saja Dongeng HC Andersen akan terus ada dalam kenyataan di sepanjang jaman. Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya yang senang dan bangga untuk menghapus logika.[CDL04012017]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share