Kerusuhan “Diskenario” untuk Bubarkan Massa di Depan Istana Negara
TRANSINDONESIA.CO – Ribuan massa unjuk rasa “Aksi Bela Islam II” terkejut aksi damai tiba-tiba menjadi rusuh dan bringas pada Jumat 4 Nopember 2016 malam.
Kerusuhan terjadi dua titik yakni didepan Istana Negara terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dengan aparat, di Bundaran Hotel Indonesia, Medan Merdeka Barat dan Kawasan Silang Monas, terjadi pembakaran.
Pengunjuk rasa menduga, hal ini sengaaj di chaoskan karena pada sore aksi damai tertangkap satu orang provokator yang menyusup ke massa.
“Ini murni dilakukan penyusup. Ada yang sengaja menchaoskan aksi kami biar kami bubar dibantai aparat,” kata salah seorang pengunjuk rasa yang tidak menyangka aksi damai sejak siang berubah menjadi rusuh pada malam ini.
Didepan Istana Negara terjadi pembakaran dua truk polisi mengakibatkan chaos dan polisi mengeluarkan tembakan gas air mata. Akibat kerusuhan itu dua pengunjuk rasa terluka dan seorang polisi terluka. Namun, kerusuhan tidak berlangsung lama.
“Ini sengaja dilakukan, skenario untuk membubarkan massa,” kata seorang pengunjuk rasa.
Massa masih bertahan di depan Istana meminta aparat menangkap provokator yang menyusup diantara pedemo. Sebagian massa mundur dan bertahan di Patung Kuda depan Indosat. Begitu pula di Bundaran HI dan Masjid Istiqlal masih ada massa bertahan. Situasi saat ini mulai berangsur kondusif dan massa tampak berkurang.
HMI Bantah
Namun, Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Mulyadi P Tamsir, membantah anggotanya terlibat dalam kekisruhan tersebut.
“Saya juga bingung kenapa kemudian terjadi (ribut),” terang Mulyadi dilansir detikcom, Jumat malam. “Saya pastikan bukan massa HMI (yang terlibat ricuh),” katanya.
Menurut Mulyadi, posisi massa HMI memang berada di bagian paling depan. “Posisi kami berada di bagian paling depan, di belakang kami ada massa. Kami maju nggak bisa, mundur nggak bisa. Saya bilang ke teman-teman untuk tenang dulu,” terang dia lagi.[DOD]