“Yo Ngono Kui?” Seni Sebagai Refrleksi Kehidupan [Selesai]

TRANSINDONESIA.CO – Pameran lukisan bersama “Padamu Negeri” dalam memperingati Hari Anak Nasional dan menyongsong Proklamsi Kemerdekaan Indonesia ke-71 telah dibuka di Gedung Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa (9/8/2016) malam.

Pada lukisan tersebut akan diisi dengan diskusi “Seni sebagai refleksi kehidupan” pada Sabtu, 13 Agustus 2016 yang salah satu pemberi materi adalah Kombes Pol Chryshnanda Dwilaksana, yang juga menampilkan 9 karya tulisnya pada pameran Proklamasi “Padamu Negeri” oleh wakil-wakil bangsa Indoensia yakni, Afriani, Chryshnanda Dwilaksana, Eko Banding, masPadhik, Vukar Lodak dan  Wahyu Oesman, berlangsung hingga 19 Agustus 2016 mendatang.

Karya lukis Chryshnanda Dwilaksana.[Imh]
Karya lukis Chryshnanda Dwilaksana.[Imh]
Berikut bagian ketiga (selesai) materi yang akan disampaikan Chryshnanda Dwilaksana;

Seni juga menjadi harapan bagi rakyat untuk dapat mencintai dan menikmati situasi yang ada. Tertawa menjadi bagian dari kehidupan sosial yang terus harus dijaga dan menjadi pilihan. Banyak acara humor menjadi pelipur lara  dan  penghibur kedukaan masyarakat, mulai stand ups commedy, ludariuk, goro-goro, dagelan, monolog sampai kritik-kritik sosial politik, semuanya menertawakan dan mengajak tertawa. Mengapa orang tertawa atau bisa menertawakan? Itu terjadi karena : 1. Ada yang tidak benar/ ada kekeliruan yang dianggap benar, 2. Ada yang menjadi bahan bulan-bulanan/ sebagai kambing hitam/ dijadikan hujat-hujatan, 3. Ada pejabat, kebijakan pejabat yang aneh dan lucu yang dapat diparodikan, 4. Ada plesetan-plesetan atas ketololan-ketololan yang dipamerkan baik eksekutif, yudikatif maupun legislatif, 5. Perilaku masyarakat yang menyimpang, 6. Pemikiran, perkataan, perbuatan yang lucu atau menimbulkan gelak tawa, 7. Pemuka-pemuka yang semestinya jadi tuntunan namun malah sebaliknya jadi tontonan.

Perilaku-perilaku para punggawa penyelenggara negara yang semestinya menjadi tuntunan sekarang malah menjadi tontonan dan bahan ejek-ejekan. Kebijakan-kebijakannya yang menyengsarakan dan membuat malu, marah, sedih dan menimbulkan sikap kritis/ protes melalui kesenian dan parodi yang menertawakan, menghilangkan kebencian dengan ayo ngguyu tetapi ojo seru-seru karena kalau seru-seru bisa tersinggung dan nesu.

Seni memang kompleks siapa boleh dan berhak menciptakan, merasakan, mengapresiasi dengan caranya sendiri, memang menjadi yo ngono kui.

Seni harus dimaknai, dijadikan perbincangan, dan menjadi isu-isu dimana saja agar mampu menjadi ikon. Sesuatu tanpa dimaknai, tidak akan menjadi apa-apa, semua akan pergi hilang berlalu ditelan waktu. Sebuah batu tanpa dimaknai ia tidak akan diburu, terserak saja tanpa ada yang peduli. Alam tanpa dimaknai akan juga menguap seiring berubahnya jaman. Bahkan manusia tatkala tidak dimaknai maka iapun akan tidak menjadi apa-apa dan akan hilang begitu saja. Logika akan membantu manusia untuk menjalani hidup dan kehidupanya menjadi mudah, etika menjadikan manusia semakin manusiawi dan mampu memanusiakan manusia lainya. Estetika membuat hidup dan kehidupan menjadi indah dan penuh makna, yang akan dikenang sepanjang masa.

Seni sering diabaikan atau dianggap sebagai pekerjaan tukang/ urusan seniman saja. Bahkan yang berbeda/ out of the box dibilang sebagai senewen (aneh/ gila). Membuat sesuatu menjadi bermakna dalam hidup  dan kehidupan bukan urusan seniman saja. Tanpa dukungan dari para penguasa, politikus, ilmuwan, para pekerja, warga masyarakat luas, seni seolah akan mati. Tak lagi memberi aura indah dan tak juga menjadikan sesuatu berharga, tak juga bermakna.

Seni bisa dipolitisir, dimainkan bahkan disalah gunakan. Disinilah peran para penguasa untuk dapat membantu para warganya menjadi seniman yang terus mencipta, berkarya, dan diapresiasi sehingga untuk dapat hidup, tumbuh  dan  berkembang. Melalui pengemasan, pemaknaan  dan  pemasaran. Uang memang tidak penting tapi pokok. Membahas uang tidak elok, tetapi tanpa uang tidak akan menjadi elok. Begitulah seni yang ngono kui.[Chryshnanda Dwilaksana]

Share