Jleb: Merasuk Dalam Hati dan Nyanthol Dipikiran

TRANSINDONESIA.CO – Kata-kata dalam kalimat suatu peristiwa, sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan dapat menyentuh pada hati akan menjadi asa yang memberi inspirasi, motivasi, nasihat, penyembuh luka batin. Sebaliknya, bisa menjadi duka yang memprovokasi, mendorong terjadinya kejahatan.

Mungkin itulah gambaran asa dan duka yang bisa dikatakan sebagai pengalaman dan rasa yang seakan menjadi sesuatu kekuatan tidak nampak yang menjadi bagian dari otak dan hati untuk melakukan sesuatu entah kebaikan, perbaikan, kejahatan atau pengrusakan.

Walaupun hanya sebatas kata-kata, pandangan, pendengaran, perasaan namun bisa menjadi lebih tajam dari pedang, dan lebih menyenangkan dari uang atau makanan. Tatkala menusuk di hati dan nyantol diotaknya seakan-akan terkena anak panah dan menancap (Jleb) tidak bs lepas.

Ilustrasi
Ilustrasi

Tatkala dirundung duka, putus asa, bisa memotivasi, menginspirasi, memberi solusi. Demikian halnya sebaliknya bisa juga meremuk redamkan.

Sentuhan otak dan hati yang terpelihara, sebagai asa akan ada kepekaan dan kerinduan akan kebaikan dan melakukan perbaikan.

Apapun kondisinya, yang menancap di otak dan hatinya adalah amalan, syukur, membalas budi kebaikan Tuhan, berbela rasa, empati, peduli dan senantiasa ingin berbagi. Kebahagiaanya manakala orang lain berbahagia karenanya.

Sang pencerah dengan spiritualnya melakukan segala sesuatu yang baik dan mulia demi memanusiakan manusia. Apa yang ada dalam otak dan hati akan menjadi spiritualitasnya. Tatkala dipercaya dan digerakkan energi dari dalam diri yang terus menerus dilakukan rasa akan menjadi nyata. Asa menghidupkan untuk menuju suatu perwujudan.

Asa dan duka menjadi sesuatu yang jleb dalam otak dan hati yang tatkala bisa diatasi keduanya akan membawa pada harkat dan martabat manusia yang beradab.

Menjadikan duka menjadi asa, dan asa menjadi nyata. Semua tergantung dari diri untuk mengolahnya, sesuatu akan dirasa sebagai asa atau sebagai duka. Tatkala asa lebih kuat itulah harapan dari segala duka. Sebaliknya tatkala dikuasai duka maka yang ada hanyalah derita dan putus asa.[CDL-15072016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share