Bahan Pokok di Pasar Tradisional Masih Tinggi
TRANSINDONESIA.CO – Pasca libur Lebaran, harga bahan pokok di pasar tradisional Kota Bogor masih tinggi terutama minyak goreng kemasan, beras, telur serta sayur mayur.
Kondisi harga pada tujuh pasar tradisional yang diterbitkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, menunjukkan harga beras jenis IR64 dijual Rp9.600 per kilogram.
Sedangkan harga beras mengalami kenaikan 11,5 persen dari pekan sebelumnya Rp8.500 per kg. Harga minyak goreng kemasan juga mengalami peningkatan sebesar 16,7 persen, yakni dari Rp15 ribu menjadi Rp18 ribu per kilogram. Sedangkan minyak curah stabil harganya yakni Rp12 ribu per kg.
“Beras mengalami kenaikan harga karena kurang pasokan di beberapa daerah, sehingga tingkat kebutuhan tidak sebanding dengan ketersediaannya. Begitu juga minyak goreng karena permintaan tinggi, pengaruh lebaran,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Bogor Manghit Sinaga di Bogor, Kamis (14/7/2016).
Harga telur ayam broiler juga mengalami kenaikan sebesar 13 persen, dari Rp20 ribu menjadi Rp23 ribu per kilogram.
Selain bahan pokok, harga sayur mayur dan hortikultura juga masih tinggi usai lebaran. Harga bawang merah dan bawang putih mencapai Rp42 ribu per kilogram. Sedangkan harga cabai mulai mengalami penurunan untuk jenis tertentu.
Harga cabai merah keriting di pasar tradisional masih berkisar Rp30 ribu per kg, cabai merah besar Rp30 ribu per kg. Cabai rawit merah stabil yakni Rp25 ribu per kg, dan cabai rawit Rp25 ribu per kg.
“Harga komoditas sayur dan hortikultura masih dipengaruhi suasana lebaran, sehingga distribusi daerah asalnya masih kurang,” katanya lagi.
Menurut Sinaga, tingginya harga bahan pokok itu karena masih dalam suasana lebaran, sehingga belum semua sentra produksi beraktivitas normal.
Selain itu, kemacetan pada ruas jalan akibat mudik lebaran turut menyumbang keterlambatan pasokan.
Sayur-sayuran dan produk hortikultura di Kota Bogor dipasok oleh sejumlah daerah seperti Cipanas, Leuwiliang, dan Sukabumi. Sedangkan telur dipasok dari Sukabumi dan Banten. “Tingginya harga masih didominasi karena pasokan kurang dalam suasana lebaran. Harga cenderung stabil dua minggu atau sebulan setelah lebaran,” katanya.[Ant/Sap]