Apa-apa Diributkan
TRANSINDONESIA.CO – Situasi yang dijadikan potensi konflik terus saja ada. Jangankan sudah menjadi kenyataan yang masih dalam pikiranpun sudah dikhawatirkan.
Diributkan, dimaknai dibuat ribut atau rekayasa untuk menjadi alasan atau konsumsi ribut.
Siapa saja boleh dan bisa membuat keributan, asal kuat dan memiliki modal.
Meributkan memiliki kepentingan dan keinginan akan sumber daya. Tiada keributan tanpa memperebutkan sumber daya. Kemasan-mana keributan bervariasi dari yang dibungkus dalam kata dan program ada yang terang-terangan menyerang secara fisik ataupun secara simbolik.
Serang menyerang menjadi sebuah pemandangan yang memuakkan bahkan menjijikan karena segala cara dihalalkan.
Sesuatu yang diributkan ada adu kekuatan. Siapa kuat dialah yang menang. Siapa lemah sudah pasti dikorbankan dan disingkirkan.
Dalam adu kekuatan ini semacam perdagangan saling dukung mendukung dan bargaining untuk bisa mendapatkan bagian bila mampu memenangkan.
Kekuatan yang dikeluarkan bukanlah barang gratisan semua sudah ada dalam hitungan apa biala sumber daya sudah ditangan. Keributan bagai sebuah dagang adu kekuatan.
Keributan dibuat untuk menjual jasa, dan menjadi ajang laga untuk menunjuk siapa menjadi penyelamat, yang layak menerima jasa.
Keributan tatkala ditiadakan tidak akan ada medan laga bagi para penjual jasa penyelamat, jasa pembela, jasa pelindung.
Tatkala keributan tidak lagi bisa direkayasakan, habislah kesempatan untuk bisa berkuasa di dalam sumber daya.
Semua akan terang jelas dan bagai di dalam akuarium kaca.
Pedagang jasa akan kelimpungan cepat atau lambat mereka akan mulai sekarat. Tatkala kewarasan ada di situ saat kematiaanya tiba.[CDL-31052016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana