Korban Pelecehan Seksual Kirim Surat ke Paus Minta Pecat Uskup

TRANSINDONESIA.CO – Seorang pria yang mengatakan bahwa dia mengalami pelecehan seksual oleh seorang pastur, Minggu (7/2/2016), mengirim dua surat kepada Paus Fransiskus dengan memohon untuk mencopot seorang uskup asal Chile atas tuduhan melindungi seorang paedofil terkenal.

Juan Carlos Cruz menyampaikan surat tersebut kepada Peter Saunders, seorang tokoh dan anggota penasihat komisi kepausan asal Inggris pada kasus pelecehan seksual oleh pastur. Saunders pada Sabtu menolak mundur, walaupun ada mosi tidak percaya dan dia mengatakan bahwa hanya paus yang bisa memberhentikannya.

Surat-surat yang tersisa untuk Kardinal Boston Sean O’Malley, selaku ketua komisi tersebut, di gedung tamu Roma yang menjadi tempat rapat komisi. O’Malley diminta untuk memberikan surat-surat tersebut kepada paus, kata Saunders dan Cruz.

Surat-surat tersebut menyangkut Juan Barros yang tahun lalu dilantik menjadi uskup di Osorno, Chile. Kebijakan kepausan menimbulkan kemarahan dari mayoritas umat, anggota legislatif nasional, dan korban pelecehan menganggap Barros telah melindungi seorang pastur yang dituduh menjadi salah satu predator seksual yang paling terkenal di Chile.

Pastur bersangkutan membantah bahwa dia melakukan pelecehan terhadap Cruz dan uskup membantah mengetahui beberapa pelanggaran.

Ilustrasi
Ilustrasi

“Sebuah kehancuran bahwa keputusan Anda telah membuat kami, Paus Fransiskus, tidak dapat menahan kami untuk diam atau lalai,” kata salah satu dari surat-surat tersebut yang ditandatangani oleh 30 orang perwakilan Paroki Osorno.

“Kami telah mengetuk setiap pintu … dan tidak menerima apa pun, kecuali ejekan,” ujarnya.

Cruz (51) mengirimkan satu salinan surat berbahasa Spanyol bersamaan dengan satu pernyataan berbahasa Inggris kepada para wartawan. Satunya lagi surat pribadi kepada paus dari keuskupan di Osorno, kata Cruz.

Para kritikus di Chile mengatakan bahwa Barros telah mengetahui dan membantu menutup-nutupi pelecehan yang dilakukan oleh Romo Fernando Karadima (85).

Pada 2011, Vatikan menghukum Karadima untuk “hidup dalam doa dan penyesalan” atas pelecehan terhadap bocah seperti pada 1950-an. Seorang hakim kemudian memutuskan tuduhan itu berlaku sampai Karadima tidak diadili karena undang-undang pembatasan.

Cruz mengatakan dirinya menjadi korban pelecehan seksual oleh Karadima ketika masih berusia 16 tahun. Karadima membantah tuduhan itu. Barros menyangkal mengetahui berlangsungnya pelanggaran itu.

Surat-surat tersebut meminta paus untuk “mempertimbangkan konsekuensi” bagi divisi tersebut bahwa pengangkatan Barros menimbulkan masalah di komunitas Katholik.

Dalam sebuah pernyataan yang mengiringi surat tersebut, Cruz berujar, “Kami tidak pernah menyerah ketika hal itu terjadi pada perlindungan anak kecil dan ini bukan pesan yang dikirimkan oleh Paus Fransiskus yang mengangkat Uskup Barros di Osorno. Uskup ini melakukan pelecehan terhadap saya dan banyak anak laki-laki lainnya selama periode 35 tahun.”

Tahun lalu, seorang juru bicara Vatikan mengatakan bahwa Tahta Suci “berhati-hati dalam memeriksa calon uskup dan tidak menemukan alasan yang objektif untuk menghalangi pengangkatannya”.

Kasus kontroversial di Osorno telah mengakibatkan dampak nasional.

Saat terjadi satu insiden di Vatikan tahun lalu yang disiarkan oleh stasiun televisi Chile, Paus Fransiskus kepada kelompok masyarakat Chile mengatakan bahwa tuduhan tersebut telah dipersiapkan oleh “orang-orang kiri”.

November lalu, Mahkamah Agung Chile secara resmi meminta Vatikan agar menyerahkan semua catatan bahwa paus diandalkan untuk membela Barros.[Ant/Nov]

Share