Kutu-kutu Birokrasi
TRANSINDONESIA.CO – Mereformasi birokrasi ternyata bukan hanya melawan mafia birokrasi yang besar tetapi juga membersihkan kutu-kutunya yang juga menjadi beban birokrasi.
Mental para anggota birokrat yang ala dan model ndoro akan tertanam dari atas sampai bawah untuk membuka peluang dan membawa orang-orang luar masuk ke dalam birokrasinya.
Awalnya memang melayani kepentingan-kepentingan pribadi, namun lama kelamaan akan menyangkut urusan pelayanan publik. Mereka ini melihat apa yang dikerjakan ndoronya dan secara sadar atau tidak merekapun sudah menjadi pilar-pilar penyimpangan karena mereka juga yang mengerjakan.
Pada saat ada orang-orang kebingungan atau tidak tahu urusan akan menjadi mangsanya, dan yang bisa dimangsa akan dijarahnya dengan berbagai tipu daya dan muslihat sudah menjadi niat yang menunggu untuk kesempatan.
Kutu memang kecil namun sakit bila menggigit karena dia menghisap darah. Apa yang dilakukan para kutu birokrasi memang tidak seberapa, namun menyakitkan dan menjadi refleksi atas perilaku-perilaku yang memalukan mencari kesempatan dalam kesempitan dan mreka tanpa malu tanpa ragu tiada rasa bersalah dalam memangsa.
Kutu birokrasi pada bagian pelayanan publik menjamur dan hampir di semua lini calo, makelar, palak memalak, pungutan liar ada di mana-mana tanpa lagi bisa dikendalikan. Mereka bagai wabah saat ada penyemprotan pergi semua, yang nyemprot pergi para kutu kembali berpesta pora.
Kutu inipun sebnarnya lapisan terdepan dari mafia birokrasi yang tentu saja membuat gerah dan tidak nyaman dan memalukan serta menjatuhkan citra dan wibawa birokrasi.
Selama kutu-kutut ini ada dan terus dipelihara, maka jangan harap ada wibawa, para mafia dan kutu-kutunya mati tanpa dibunuh jika system-sistem online mulai diterapkan dan memulai semua menjadi paperles serta menghindarkan bertemunya orang perorang.
Niat memang menunggu kesempatan untuk menjadi kejahatan. Niat inipun sdh menjd fakta karena dia akan memangsa yang semestinya mendapat pelayanan dan perlindungan.(CDL-22012016)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana