Duh, Dua Bulan Empat Desa di Kampar Riau Terisolir

TRANSINDONESIA.CO – Dua bulan terakhir ini, empat desa di Kabupaten Kampar, Riau, terisolir akibat infrastruktur jalan dan jembatan tertimbun longsor sejak November 2015, dan sampai kini belum ada upaya perbaikan.

“Akses jalan tertimbun longsor, dan jembatan juga tertimbun dan rusak. Longsor sebenarnya sudah terjadi sejak 29 November 2015, tapi belum ada upaya memperbaikinya sehingga sudah dua bulan kami masih terisolir,” kata tokoh pemuda Desa Lubuk Bigau, Ari Kaharmon, Selasa (12/1/2016).

Menurutnya, tingginya curah hujan menimbulkan tanah longsor pada akhir November 2015 di daerah tersebut yang mengisolir empat desa, yakni Desa Lubuk Bigau, Kebun Tinggi, Pangkalan Kapas dan Tanjung Permai di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.

Menurut dia, jalan sebagai akses satu-satunya ke desa tersebut tertimbun tanah longsor di delapan titik dengan ketinggian tanah mencapai sekitar 30 meter. Selain itu, ada 12 jembatan di akses tersebut yang juga rusak dan tertimbun longsor.

“Jalan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, bahkan untuk sepeda motor harus diangkat oleh empat orang melalui jalan yang tertimbun longsor,” kata Ari.

Dampak dari longsor tersebut, lanjutnya, membuat warga kesulitan menuju kota terdekat. Untuk ke Kota Pekanbaru, Ari Kaharmon terpaksa berjalan kaki sejauh 13 kilometer menuju desa yang aman dari longsor demi mendapatkan kendaraan umum ke kota.

Longsor
Longsor

Selain itu, ia mengatakan warga di empat desa kesulitan untuk mendapat pasokan bahan pangan serta bahan bakar minyak.

Dicontohkan, harga bensin premium di daerah itu kini mencapai Rp18 ribu per liter, jauh dari harga normal di SPBU yang mencapai Rp7.300 per liter.

“Harga beras juga jadi sangat mahal jadi Rp30 ribu per kilogram, padahal biasanya paling mahal sekitar Rp14 ribu per kilogram,” keluhnya.

Pasokan bahan pangan dan kebutuhan lainnya di daerah tersebut kini hanya bisa dipasok dari Kabupaten Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat, dengan harga yang lebih mahal karena jarak lebih jauh.

“Jalan tembus dari desa ke Payakumbuh sebenarnya ada yang longsor juga di 2-3 titik, namun karena lebih sedikit yang longsor jadi masih bisa dilewati dengan kendaraan roda dua yang menggunakan keranjang,” ujarnya.

Selain itu, ia mengatakan kerusakan pada satu-satunya infrastruktur jalan membuat harga karet yang jadi andalan warga setempat turun drastis. Warga kini kesulitan untuk menjual getah karet mereka.

“Harga karet turun drastis karena kami sulit menjual ke luar. Harganya sekarang Rp3.000 per kilogram, dari biasanya bisa mencapai Rp4.500 sampai Rp5.000 per kilogram,” katanya.

Ia mengatakan masyarakat setempat berharap Pemerintah Kabupaten Kampar serius memperhatikan nasib masyarakat yang tertimpa musibah.

Menurut dia, pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terakhir kali memberikan bantuan pada Desember 2015 berupa 3,5 ton logistik untuk empat desa. Bantuan dikerahkan ke daerah itu menggunakan helikopter.

“Yang paling dibutuhkan masyarakat adalah pemerintah memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak tertimbun tanah longsor. Tolong jangan biarkan kami seperti ini terus, karena warga tak punya helikopter untuk melalui jalan longsor,” kata Ari Kaharmon.(Ant/Sbr/Ful)

Share