8 Sikap dan Kinerja Polri yang Perlu Ditingkatkan 2016

TRANSINDONESIA.CO – Sepanjang tahun 2015, sedikitnya ada empat prestasi menonjol Polri, namun demikian masih sulit bagi Polri untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Soal kepercayaan masyarakat, tampaknya masih menjadi tantangan berat Polri di tahun 2016. Meski dibenci, Polri tetap ditunggu masyarakat, terutama jika ada peristiwa yang menyulitkan masyarakat.

Indonesia Police Watch (IPW) menilai, di 2016 persoalan besar yang dihadapi Polri adalah upaya membenahi sikap, prilaku dan kinerja anggotanya, terutama jajaran bawah, yang di 2015 belum maksimal dilakukan.

Begitu juga perubahan mind set di jajaran menengah atas belum maksimal dan masih cenderung larut dengan pencitraan. Akibatnya, Revolusi Mental belum berjalan maksimal. Keinginan Polri untuk mendapat kepercayaan masyarakat tidak terwujud. Akibatnya, di sepanjang 2015 masyarakat masih menilai, polisi sulit untuk bisa dipercaya. Respon yang lamban dan tidak adanya kepastian hukum dalam sebuah perkara masih menjadi momok.

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane.(dok)
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane.(dok)

Padahal di 2015 sedikitnya ada empat prestasi Polri yakni, pertama, keberhasilan Polri mengamankan Pilkada Serentak.

Kedua, keberhasilan Polri mengamankan Natal 2015 dan malam Tahun Baru 2016 di tengah ancaman teroris.

Ketiga, duet Badroddin Haiti – Budi Gunawan berhasil membangun soliditas Polri pasca goro-goro suksesi Kapolri Jenderal Pol Sutarman.

Keempat, ada sembilan kasus korupsi besar yang dibongkar Kabareskrim Budi Waseso meski saat ini penuntasannya berjalan lamban.

Hanya memang di sepanjang 2015 ada sejumlah kasus yang membuat Polri kedodoran, yakni maraknya kasus penembakan gelap, perampokan bersenjata api, geng motor, balapan liar, perempuan tewas korban pembunuhan, polisi bunuh diri, polisi salah tembak, curanmor, dan narkoba, termasuk polisi yang terlibat narkoba cenderung meningkat.

Untuk meningkatkan sikap, prilaku dan kinerja Polri di 2016, IPW menilai, ada delapan hal yang perlu dilakukan Polri.

Kedelapan hal ini merupakan bagian dari percepatan Revolusi Mental di Polri yakni, pertama, Polri perlu tetap menjaga soliditasnya, apalagi di pertengahan tahun 2016 akan ada pergantian Kapolri dimana Jenderal Badroeddin Haiti akan pensiun.

Kedua, pengawasan atasan terhadap aparatur jajaran bawah perlu dilakukan dengan maksimal, mengingat di 2015 banyak polisi yang bunuh diri, salah tembak, polisi terlibat narkoba, dll.

Ketiga, Polri perlu segera membuat call center yang bisa diakses dengan muda dan bisa memberi respon dengan cepat kepada publik.

Keempat, perbaikan sistem dan fasilitas patroli harus dilakukan Polri agar polisi jajaran bawah bisa memaksimalkan patroli di daerah daerah rawan dan strategis.

Kelima, mengevaluasi dan membenahi senjata api serta maningkatkan latihan menembak bagi polisi jajaran bawah agar tidak ada lagi kasus salah tembak.

Keenam, memperbaiki kualitas mental jajaran kepolisian agar mereka sadar bahwa sikap, prilaku dan kinerjanya benar-benar sebagai aparatur penegak hukum, dan bukan predator bagi masyarakat.

Ketujuh, membenahi sistem psikotes di kepolisian, baik saat rekrutmen maupun saat psikotes ulang bagi polisi-polisi bermasalah.

Kedelapan, memperbaiki dana operasional dan penghasilan anggota Polri agar aksi-aksi ngobjek yang dilakukan polisi di lapangan bisa dicegah.

Selain itu yang tidak kalah penting, Kompolnas sebagai lembaga pengawas Polri yang dibiayai negara perlu bekerja maksimal dan membangun kerja sama dengan jajaran Polri untuk memperbaiki dan meningkatkan sikap, prilaku, dan kinerja aparatur kepolisian. Sehingga Revolusi Mental di Polri bisa mengalami percepatan di 2016.

Oleh: Ketua Presidium IPW, Neta S Pane

Share