Teriakan Tanaman Keras
TRANSINDONESIA.CO – Tanaman keras menjadi analogi super kroni yang menjadi kepercayaan ndoro untuk menjadi selang-selang penyedot atau sebagai pengangkang sumber daya. Mereka jelas tahu busuk ndoronya.
Para tanaman keras ini bisa mendikte ndoronya. Bakan tatkala dia dikenakan sesuatu yang tidak sesuai atau tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan maka ia akan berteriak sekeras-kerasnya busuk bobrok sang ndoro.
Iapun merasa menjadi hero yang layak dipuja-puji sepanjang jalan bahkan diciumi tangan dan jidatnya.
Para tanaman keras akan mendeclare sebagai wishtle blower yang refornis, visioner dan berupaya melindung, mendeclare yang dicanangkan tadi sebenarnya wujud sakit hati dan teriakan-teriakan kekecewaan saja. Ia merasa paling berjasa slama ini tetapi mengapa tidak diperhatikan.
Perhatian bagi sang tanaman keras yang dapat tempat atau jabatan basar sebagai balas budi atau sumpelan bagi mulutnya agar tidak njeplak sana njeplak sini.
Mental, hati dan pemikiran para tanaman keras memang busuk dan tidak ada rasa tulus, yang ada hanyalah bagaimana dapat fulus. Itulah kebanggaan dan kebahagiaannya.
Menurutnya semua bisa dibeli, semua bisa diatur dengan uang. Mereka lebih senang dilabel kaya daripada dilabel cerdas. Semua ingin diterabasnya sebagai jalan pintas. Apapun yang menjadi penghalang akan dilibasnya termasuk ndoro-ndoronya sendiri.
Memelihara tanaman keras sama bahayanya dengan memelihara binatang buas. Binatang buas masih bisa loyal pada ndoro-ndoronya.
Sedang tanaman keras loyalnya haya pada uang, uang dan uang, selain uang hanya dijadikan tangga pijakan atau jembatan penghubung.
Ia tidak lagi peka dan peduli akan kemanusiaan, yang dikejar hedonisme. Tanaman keras akan berteriak sekeras kerasnya sambil menghujat dan menjelek-jelekkan ndoro yang dijilatinya dulu. Iapun sudah merasa mampu berpolitik uang, ini semua demi dirinya dan krooni-kroninya.(CDL-Jkt171215)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana