TRANSINDONESIA.CO – Broker dan perantara merupakan penghubung, yang menjembatani, untuk membantu berkomunikasi atau menyambungkan antara satu dengan yang lainnya. Broker sering kali malah menjadi benalu yang menumpang dan ikut menggerogoti, sehingga jaringan-jaringan yang semestinya bisa terbangun, tersambung diblokir atau dikuasainya.
Penguasaan jalur-jalur komunikasi, pendistribusian dan pada sumber-sumber daya oleh para broker menjadikan tumbuh berkembangnya pola-pola mafia.
Broker akan melakukan apa saja dan dengan cara apapun asal tujuanya tercapai atau dapat mencapai tujuanya.
Broker tidak melakukan sendiri, ada sistem pendukungnya ada yang menjadi patronnya bahkan god father.
Sistem-sistem penguasaan ini akan terus dipertahankan tidak hanya kekuatan fisik semata, namun kekuatan legal formalpun dilakukan. Para broker ini bertingkat-tingkat dan berkelas kelas bisa saja melibatkan penguasa atau pejabat yang sedang berkuasa.
Para broker memahami untuk memberikan atau menyisihkan sebagian dari keuntungannya kepada para pejabat atau krooni-kroninya yang turut mendukung kelanggengan kegiatanya maupun posisinya sebagai broker.
Broker inilah penguasa sebenarnya, awalnya para broker menjadi bagian untuk kelancaran, namun tatkala semakin kuat dan semakin besar sumber-sumber daya yang dikuasai mereka akan semakin kuat pula.
Tatkala lebih kuat dari penguasannya dan terjadi ketergantungan aparat kepada para broker ini akan terus bergulir bagai bola salju bahkan akan melibas dan bisa memilih siapa pejabat yang menjadi mitranya nanti.
Broker sebenarnya penguasanya, karena ada keinginan dan ketergantungan dan menjadikan bumper untuk menyelamatkannya.(CDL-Jkt30115)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana