
TRANSINDONESIA.CO – Serangan simultan di Paris yang menewaskan setidaknya 127 orang dan melukai 180 orang merupakan sebuah “aksi perang” yang dilakukan oleh kelompok yang menyebut diri Negara Islam ISIS, seperti disampaikan oleh Presiden Prancis Francois Hollande.
Dia mengatakan serangan, yang dilakukan oleh delapan pria bersenjata dan pelaku bom bunuh diri “diorganisir dan direncanakan dari luar”.
Bar dan restoran yang ramai, gedung konser dan pertandingan sepakbola antar negara menjadi target serangan.
Hollande telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional.
Dia menaikkan status kemanan ke tingkat paling tinggi, mendeklarasikan keadaan darurat nasionaldan bersumpah untuk melancarkan perang ‘tanpa ampun’ terhadap teroris.
ISIS Bertanggung jawab
Kelompok ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan di Paris.
Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan secara online, kelompok militan itu mengatakan serangan dirancang untuk menunjukkan Prancis masih merupakan “target utama”.
Kelompok ini mengklaim telah mengkaji lokasi sasaran dan menyerang dengan menggunakan “delapan saudara yang menggunakan sabuk peledak dan membawa senapan.
Kekerasan terjadi ketika warga Paris menikmati akhir pekan di sejumlah lokasi.
Setidaknya satu pria bersenjata melancarkan tembakan di bar Le Carillon sebelum menuju Le Petit Cambodge (Little Cambodia), menewaskan 12 orang.
“Kami mendengar suara tembakan, sekitar 30 detik. Lalu berakhir. Kami pikir itu kembang api,” kata Pierre Montfort, penduduk yang tinggal dekat dengan Le Petit Cambodge.
Tak seberapa jauh dari lokasi pertama, pria bersenjata lain melancarkan tembakan ke arah meja makan di teras restoran pizza La Casa Nostra.(Bbc/Fen)