TRANSINDONESIA.CO – Saat ini Greenpeace Indonesia tengah berkampanye untuk mendorong transparansi data dan informasi hutan termasuk informasi peta dan termasuk untuk mendapatkan data kebakaran hutan dari pemerintah, dan juga meminta perusahaan untuk juga membuka informasi terkait konsesi mereka dan anak perusahaan mereka.
Dikatakan surat elektroniknya, selama berbulan-bulan, warga di Sumatera, Kalimantan dan bahkan Papua harus merasakan pekat asap yang berasal dari kebakaran hutan. Ini terjadi tidak hanya dalam 3 bulan belakangan ini, namun di beberapa tempat seperti Riau.
“Keadaan ini telah berlangsung selama 18 tahun. Kebakaran hutan adalah hasil dari puluhan tahun pengrusakan hutan dan lahan gambut untuk perluasan kebun-kebun monokultur skala besar,” jelas Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Teguh Surya, kemaren.
Agar bisa dimengerti warga siapa sebenarnya yang bertanggung jawab, Greenpeace Indonesia menerbitkan daftar lengkap sebaran titik api dan di seluruh konsesi di Indonesia yang terbakar.
“Analisa Greenpeace ini didasarkan data terbaik yang tersedia, namun untuk menghasilkan analisa yang lebih akurat lagi diperlukan data spasial yang paling mutakhir. Oleh karena itu transparansi informasi mengenai data perusahaan terkait peta konsesi dan pemasok sangat diperlukan untuk mendukung inisiatif Satu Peta,” jelasnya.
Transparansi informasi adalah kunci untuk meningkatkan pengelolaan hutan termasuk untuk mencegah korupsi dan pemberian ijin konsesi di atas hutan dan lahan gambut yang seharusnya dilindungi. Perlindungan hutan dan ekosistem gambut secara total adalah kunci jangka panjang bagi masalah kebakaran hutan yang kita hadapi saat ini.
“Kita harus menegaskan bahwa masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara jangan sampai harus menanggung bencana asap kebakaran hutan seperti ini lagi di masa yang akan datang, dan saya berharap warga negara ini dapat mendukung kami untuk menyuarakan hal tersebut,” jelasnya.(Sbr)