
TRANSINDONESIA.CO – Pemimpin yang mengetahui cinta adalah pemimpin yang tahu kapan harus keras dalam menggapai dan mewujudkan mimpi. Tahu kapan memaafkan orang-orang yang melawan dan menolaknya dan tahu kapan harus berkata cukup serta tahu kapan harus lengser keprabon.
Pemimpin yang demikian memahami makna akan syukur dan memahami akan keserakahan. Pemimpin yang tahu akan cinta, tidak menjadi pemimpin karena meminta-minta, atau meminta dikasihani, atau membeli agar ditunjuk sebagai pemimpin. Memimpin karena didaulat dan karena dipercaya.
Pemimpin mempunyai beban moral tinggi akan kemaslahatan banyak orang yang menjadi bagian dalam kekuasaannya.
Apalah artinya tatkala pemimpin hanya mencari kesempatan dan pesugihan bagi dirinya dan kroninya. Apalah dampaknya tatkala semua pendekatanya adalah materi, uang dan kenikmatan duniawi.
Pemimpin yang tahu akan cinta, akan berupaya menjadi ikon atau setidaknya role model atau panutan, ada kebanggaan dan keteladanan baik dari moral, administrasi, kompetensi dan kebijakan-kebijakan.
Dampak dari cintanya sang pemimpin akan rela berkorban atau mengorbankan diri bagi banyak orang yang percaya dan mendaulatnya.
Keutamaan seorang pemimpin akan semakin kuat tatkala sadar bahwa kejayaan ada batasnya, ada pengawasan, ada pertanggungjwaban.
Cinta akan pekerjaan bukan cinta jabatan, cinta pekerjaan membuat sang pemimpin mampu membawa nilai-nilai inti kebanggaannya pada nilai kemanusiaan, keadilan, kejujuran, kebenaran dan di samping itu bekerja dengan hati, bekerja atas dasar kesadaran tanggungjawab dan disiplin.
Pemimpin yang tahu akan cinta adalah pemimpin yang menjalankan amanah dengan hati dan tahu kapan saatnya memulai, saatnya berproses hingga saatnya berhenti.(CDL-Jkt221015)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana