
TRANSINDONESIA.CO – Kobaran api masih terjadi di hutan wilayah Sumatera dan Kalimantan, sementara pesawat water bombing bantuan Malaysia dan Australia pulang ke negaranya pada Senin (19/10/2015).
“Kepulangan bantuan Malaysia dan Australia itu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pesawat Bombardier dari Malaysia dan Hercules dari Australia mengakhiri tugasnya selama lima hari,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Menurut Sutopo, saat ini hanya helikopter Chinook Mustang yang masih beroperasi melakukan water bombing di Sumatera Selatan (Sumsel).
“Dengan ditariknya bantuan asing tersebut maka untuk operasi udara di Sumsel masih ada 11 unit helikopter dan pesawat untuk water bombing dan hujan buatan, yaitu 10 unit dari Indonesia dan 1 unit dari Singapore,” katanya.
Untuk menambah daya gempur water bombing lanut Sutopo, pemerintah Indonesia mendatangkan 2 unit pesawat amphibi Beriev Be-200 beserta 20 personil crew pesawat dari Rusia.
“Rencana pesawat akan mendarat pada Rabu (21/10/2015) dinihari sekitar jam pukul 01.30 di Palembang,” katanya.
Sementara, tim aju dari Kedubes Rusia telah berada di Palembang. Dimana pesawat Be-200 adalah pesawat amphibi yang legendaris untuk water bombing memiliki kapasitas 12.000 liter dan mengambil air di sungai, danau atau laut.
“Indonesia pernah menggunakan pesawat ini untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan tahun 2007,” tuturnya.
Dikatakan Sutopo, untuk strategi water bombing maka 2 pesawat Air Tractor dipindahkan ke Pangkal Pinang.
“Pemindahan homebased ini untuk memudahkan operasi karena Lanud Palembang sering tertutup asap sehingga jarak pandang pendek dan pesawat tidak bisa terbang. 3 unit mobil tangki, tandon air kapasitas 5.000 liter, bahan kimia dan lainnya telah disiapkan di Pangkal Pinang,” ujarnya.(Lin)