TRANSINDONESIA.CO – Dompet warga kelas menengah dan warga miskin di Amerika tidak kunjungan menebal, menurut sebuah laporan baru hari Rabu. Pakar keuangan mengatakan ini dapat memicu ketidakpuasan politik pada musim kampanye pemilu ini.
Biro Sensus, dalam laporan tahunannya mengenai kemiskinan dan pendapatan di Amerika Serikat, mengatakan median tingkat pendapatan dan kemiskinan tidak berubah pada tahun 2014 dari tahun sebelumnya.
Median pendapatan – titik di mana separuh jumlah rumah tangga berpendapatan di bawah dan separuh lainnya di atas – menunjukkan tidak ada perubahan signifikan, walaupun tercatat penurunan dari $54.500 (Rp788 juta) per tahun di tahun 2013 menjadi $53.700 (Rp776 juta) tahun 2014. Median pendapatan menjadi patokan bagi kesehatan perekonomian di kalangan kelas menengah.
Tingkat kemiskinan juga tidak berubah dengan signifikan secara statistik. Pada tahun 2014, tingkat kemiskinan di AS berada pada 14,8 persen, sedikit lebih tinggi dari 14,5 persen pada tahun 2013. Tingkat kemiskinan turun di tahun 2013 dari 15 persen pada 2012, untuk pertama kalinya sejak 2006.
Sensus mengungkap 46,7 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan, yang secara statistik tidak berbeda dari dari tahun-tahun sebelumnya, selama empat tahun berturut-turut. Di tahun 2014, keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak dikategorikan sebagai miskin bila berpenghasilan kurag dari $24.008 (Rp 347 juta) per tahun.
Pejabat sensus mengatakan mereka tidak terkejut dengan angka yang stagnan tersebut. “Bukannya tidak lazim bagi angka untuk tidak beranjak selama dua tahun berturut-turut,” ujar Trudi J. Renwick, kepala Cabang Statistik Kemiskinan di Divisi Statistik Perumahan dan Ekonomi Rumah Tangga pada Biro Sensus AS.
Angka-angka terbaru ini tampaknya akan diangkat dalam perdebatan politik pada musim kampanye pemilu ini, dengan kedua pihak berusaha untuk memposisikan diri mereka sebagai pendukung kelas menengah.
Angka-angka tersebut dapat menjelaskan rasa frustrasi sebagian rakyat Amerika, menurut Lawrence Mishel, presiden dan kepala eksekutif Economic Policy Institute yang beraliran liberal. “Mereka yang bertanya-tanya mengapa sebagian orang di negara ini merasa sangat marah dapat melihat laporan ini,” ujar Mishel. “Pendapatan secara umum stagnan selama 12 tahun belakangan dan media pendapatan rumah tangga mencapai puncaknya tahun 1999.”
Laporan sensus ini juga menunjukkan jumlah warga Amerika yang tidak memiliki asuransi layanan kesehatan turun pada tahun 2014, dengan berlakunya hukum baru yang diprakarsai Presiden Barack Obama. Persentase warga tanpa asuransi kesehatan tahun lalu naik menjadi 10,4 persen, dengan 33 juta orang memiliki asuransi layanan kesehatan. Jumlah tersebut meningkat dari 2013, dengan 9 juta orang memperoleh perlindungan asuransi layanan kesehatan. Sebuah survei oleh pemerintah baru-baru ini yang mencakup data dari tiga bulan pertama tahun ini menunjukkan persentase mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan terus menurun tahun 2015 ini. titik di mana separuh jumlah rumah tangga berpendapatan di bawah dan separuh lainnya di atas – menunjukkan tidak ada perubahan signifikan, walaupun tercatat penurunan dari $54.500 (Rp 788 juta) per tahun di tahun 2013 menjadi $53.700 (Rp 776 juta) tahun 2014. Median pendapatan menjadi patokan bagi kesehatan perekonomian di kalangan kelas menengah.
Tingkat kemiskinan juga tidak berubah dengan signifikan secara statistik. Pada tahun 2014, tingkat kemiskinan di AS berada pada 14,8 persen, sedikit lebih tinggi dari 14,5 persen pada tahun 2013. Tingkat kemiskinan turun di tahun 2013 dari 15 persen pada 2012, untuk pertama kalinya sejak 2006.
Sensus mengungkap 46,7 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan, yang secara statistik tidak berbeda dari dari tahun-tahun sebelumnya, selama empat tahun berturut-turut. Di tahun 2014, keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak dikategorikan sebagai miskin bila berpenghasilan kurag dari $24.008 (Rp 347 juta) per tahun.
Pejabat sensus mengatakan mereka tidak terkejut dengan angka yang stagnan tersebut. “Bukannya tidak lazim bagi angka untuk tidak beranjak selama dua tahun berturut-turut,” ujar Trudi J. Renwick, kepala Cabang Statistik Kemiskinan di Divisi Statistik Perumahan dan Ekonomi Rumah Tangga pada Biro Sensus AS.
Angka-angka terbaru ini tampaknya akan diangkat dalam perdebatan politik pada musim kampanye pemilu ini, dengan kedua pihak berusaha untuk memposisikan diri mereka sebagai pendukung kelas menengah.
Angka-angka tersebut dapat menjelaskan rasa frustrasi sebagian rakyat Amerika, menurut Lawrence Mishel, presiden dan kepala eksekutif Economic Policy Institute yang beraliran liberal. “Mereka yang bertanya-tanya mengapa sebagian orang di negara ini merasa sangat marah dapat melihat laporan ini,” ujar Mishel. “Pendapatan secara umum stagnan selama 12 tahun belakangan dan media pendapatan rumah tangga mencapai puncaknya tahun 1999.”
Laporan sensus ini juga menunjukkan jumlah warga Amerika yang tidak memiliki asuransi layanan kesehatan turun pada tahun 2014, dengan berlakunya hukum baru yang diprakarsai Presiden Barack Obama. Persentase warga tanpa asuransi kesehatan tahun lalu naik menjadi 10,4 persen, dengan 33 juta orang memiliki asuransi layanan kesehatan. Jumlah tersebut meningkat dari 2013, dengan 9 juta orang memperoleh perlindungan asuransi layanan kesehatan. Sebuah survei oleh pemerintah baru-baru ini yang mencakup data dari tiga bulan pertama tahun ini menunjukkan persentase mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan terus menurun tahun 2015 ini.(Voa/Nik)